Metamorfosis²

Jia Aviena
Chapter #5

Ujung Masa SMA

Hariku menjadi berantakan, aku ke kamar mandi mencuci noda kopi yang menempel. Sudahku cuci tetap berbekas, harusku apakan lagi baju ini. Mana bajunya jadi terawang karena basah, aku mengehelai napas dengan kesal.

Kuambil buku yang ada di tas menentengnya sambil menutupi baju putih basah bernoda ini, memasuki kelas berusaha memasang wajah biasa. Aku tidak mau kekesalanku terlihat, wajah kesal bisa menular hanya dengan melihatnya. 

Aku mengipas baju ini dengan buku tulis yang sudah tipis, buku yang menjadi korban penyobekan setiap ulangan. Arina memperhatikanku sedari aku masuk kelas, ia menyodorkan kipas tangan lipat milikinya yang bergambar batik dan ringan digenggam.

“Baju kamu kenapa?” Tanya Arina.

Aku menjawabnya dengan jujur, kalau aku berdiri ditengah orang berjalan hingga seseorang yang membawa kopi tidak sengaja menumpahkannya ke bajuku. Aku mengakui kesalahanku, Cuma karena aku kesal dengan orang itu, aku ingin menyalahkannya dan tidak mau kalah.  

Jam istirahat yang kutunggu tidak berarti lagi, rencanaku yang sudah disiapkan dari hari minggu tidak bisa terlaksanakan hari ini. Aku tidak mau bertemu adik ipar dengan baju kusam, hati murung dan tak ada semangat sama sekali.

Aku tidak nafsu makan, aku tergelatak diatas meja dan berpura-pura tidur agar tidak ada yang mengganggu. Kenya datang ke kelasku, dia sudah siap untuk rencana kami hari ini. Tapi, dia terkejut melihatku malah tidur di jam istirahat.

“Jia... Kok malah tidur...” Suara cemprengnya terdengar ditelingaku.

Aku tetap tidak bergerak dan mengacuhkan Kenya, moodku sangat buruk hingga aku tidak bertenaga. Arina menjelaskan yang terjadi denganku kepada Kenya. Mengulangi ceritaku tadi pagi.

< >

Pulang sekolah tiba, aku ingin cepat-cepat sampai di rumah merendam baju ini dengan pemutih, cuaca hari ini cerah. Tapi, aku sampai rumah sore, jika diperhitungkan bajunya tidak akan kering. Tidak apa-apa aku masih memiliki satu baju cadangan yang sudah sedikit usang di lemari.

Sebuah motor melewatiku, tiba-tiba berhenti agak jauh dariku, pengemudi dengan helm hitam itu menengok. Entah apa yang dilihatnya yang jelas pengemudi itu mengenakan seragam sekolah. Motornya berbalik tepat berhenti didepanku hingga menghalangiku untuk melangkah.

Pengemudi itu membuka helmnya, ternyata dia pria menjengkelkan itu. Mau apa lagi dia, aku sedang lelah untuk marah. 

“Ayo ikut gue, beli seragam baru!”

Mendengarnya membuatku sangat jengkel, aku sudah punya rencana untuk diriku sendiri. Ikut dengannya dan membeli baju baru katanya. Dia kira aku tidak mampu mencuci baju ini sampai bersih dari noda, aku ahlinya mencuci baju! Berapa banyak uang yang dia dapat dari orang tua, sok pahlawannya ingin membelikan seragam baru. Bicaranya tidak sopan lagi, bukannya aku sudah mengatakan bahwa aku ini seniornya. Kenapa dia bicara seakan-akan aku ini satu angkatan dengannya. Benar-benar anak ini, jika dia adikku sendiri sudah habis telinganya kujewer sampai merah dan teriak kesakitan.

“Gak usah!” Jawabku dengan singkat dan lugas.

“Ayolah, gue ngerasa bersalah nih jadi ke pikiran mulu. Udah bikin loe kaya gembel pake baju itu.”

Apakah dia benar-benar merasa bersalah atau pura-pura saja, kenapa dia malah menghinaku seperti gembel. Orang ini, tidak habis pikirku dengannya. Tidak sopan dan bicaranya kasar.

“Gue gak mau, gue pengennya loe terus ngerasa bersalah!” 

Aku menghentikan angkot yang lewat dan masuk ke dalamnya, tidak peduli walau angkot ini berlawanan dari arah rumahku. Aku ingin bergegas pergi menjauh dari orang menjengkelkan itu. Berhadapan dengannya membuatku menjadi orang berbeda, aku jadi kehilangan karakter asliku yang pendiam dan mudah malu.

Aku lelah dan merugi... Membayar biaya angkot dua kali lipat dan jarak yang juga sangat jauh. Ini hari yang sangat buruk. Moga saja aku tidak bertemu orang itu lagi...

< >

“Aku sudah tahu yang mana Arka Nafees, adiknya kak Allan.”

Akhirnya menunggu beberapa hari mengeringkan baju putih ini. Tibalah saatnya  aku akan bertemu dengan Arka. Kenya sudah tahu wujud Arka. Dia sudah berkenalan sebelumnya lewat pertemuan keluarga merayakan persahabatan orang tua mereka. Begitulah orang kaya persahabatan pun ada perayaannya. Aku saja merayakan ulang tahun pun tidak pernah. Bahkan orang tuaku tidak ingat tanggal kelahiranku jika tidak melihat akta lahir atau kartu keluarga.

Aku dan Kenya menunggu ditangga sekolah dan menyuruh adik kelas untuk memanggil Arka kemari. Mengatakan kak Kenya mencarinya. Kenya memberitahuku adik kak Allan jauh lebih tampan dan lebih maskulin tapi jika masalah kepintaran kak Allan masih tetap unggul. Kami menunggu cukup lama, Arka tidak ada dikelas, kami sudah menyuruh banyak orang jika melihatnya agar Arka ke tangga sekolah.

Lihat selengkapnya