Di pagi yang indah, awan biru muda, matahari kuning cerah dan dedaunan yang melambai-lambai. Kehidupan baru sedang kuperjuangkan. Membaca bertumpuk-tumpuk buku dan mencoret-coret kertas putih dengan tinta hitam demi menemukan jawaban soal matematika yang tak kunjung kutemukan. Setelah 30 menit lamanya, barulah aku dipihaknya. Otakku ini sangat tidak bersahabat dengan matematika kami bagaikan minyak dan air yang tidak bisa bersatu tanpa bantuan sabun. Rasanya aku butuh tutor untuk mengajariku semua rumus rumit ini Ya Tuhan...
Sudah kuselesaikan semua buku pelajaran yang berisi huruf dan tersisa buku yang berisi angka memenuhi setiap halamannya, harus ku apakan lagi ini. Aku buntu disoal berikutnya. Sudah kutonton pula berbagai video penjelasan tetap saja tidak ada jawabannya di pilihan ganda.
Aku tidak boleh menyerah, aku ingin berkuliah di universitas yang sama dengan kak Allan. Aku akan terus mencoba sampai mendapatkan jawaban yang tepat. Aku sudah belajar sejauh ini selama berhari-hari. Aku harus bertahan. Jia Averoes bertahanlah! Ingatlah ujaran dari Imam Syafii Jika tidak mau merasakan pahitnya belajar, Ia akan merasakan hinanya kebodohan.
Universitas Singa Raja, terimalah aku, dijurusan psikologi... Aku akan bersusaha. Kak Allan tunggulah aku disana.
Aku ingin masuk jurusan psikologi berkat petunjuk dari Tuhan perantara kak Allan, jadi waktu itu kak Allan mengirimkan chat kepadaku.
Jia
Aku masih bingung mau jadi apa?
Kak Allan
Kenapa bingung. Kakak aja tahu kamu cocoknya dimana.
Jia
Bercanda yah, gimana kakak bisa tahu. Kalau cuma kenal aku di online.
Kak Allan
Kamu kan pernah bilang kamu pintar memahami orang dan sering menebak MBTI orang lain. Kamu juga waktu itu nebak mbti kakak INTP dan bener. Menilai orang lain bukan hal yang mudah karena manusia bisa punya seribu wajah. Tapi, kamu bisa karena berbakat.
Dari perkataan Kak Allan aku jadi tersentuh dan sadar akan bakatku sendiri.
Berjam- jam kemudian....
Aku lapar dan tidak bertenaga di atas meja belajar. Orang tua ke toko dan adikku sekolah, rasanya inginku telepon petugas pemadam kebakaran meminta bantuan untuk mengambilkan handphoneku di atas kasur yang berjarak 4 meter dariku. Aku ingin memesan makanan, mengangkat kepalaku dari atas meja pun aku tidak kuat.
< >
Hari yang menegangkan, di siang bolong, kegerahan, keringat bercucuran, melihat detik berjalan yang terasa sangat lama. Aku dan Kenya di Cafe yang ramai pengunjung, dan menatap kemacetan dijendela kaca yang transparan, menunggu hasil pengumuman ujian masuk perguruan tinggi. Setelah sebulan lebih kamu lulus SMA belajar bersungguh-sungguh setiap harinya demi penentuan layak atau tidaknya kita diterima di tempat yang akan membantu untuk mewujudkan mimpi kami.