METAMORFOSIS (TAK) SEMPURNA

Nadhira Syakira Kilimanjaro Ali
Chapter #2

2

“Setiap insan, dipertemukan dengan cara yang berbeda-beda. Dari sekian banyaknya pertemuan yang berlangsung di muka bumi, kurasa pertemuan ini paling berkesan. Untukmu, akan kuceritakan kembali musabab kita bertemu.”

 

 

Kepribadianku memang tidaklah baik, dan aku sadar itu. Tetapi aku tak pernah sekalipun ingkar janji! Sahabat karibku sudah pasti paham akan hal itu. Walau hanya sepatah kata yang terucap, bagiku itu selalu sesuatu. Kalian kira itu bualan? Omong kosong? Baiklah, detik ini juga akan kubayar janjiku pada kalian yang baru kukenal. Aku ceritakan semuanya! Ingat, aku hanya ingin cerita, tak perlu kalian berkomentar ataupun susah payah memahami perasaanku. Tidak usah kuras tenaga kalian untuk pura-pura peduli padaku, sering tak dipahami sudah menjadi mainan kesukaanku.

 

Pertemuan kami bermula tiga belas tahun silam, saat usiaku 7 tahun.

 

Suatu sore di gang sempit, dengan rumah-rumah yang saling berhimpitan satu sama lain. Seolah-olah mereka menunjukkan keengganan untuk berpisah barang semilipun antar dinding tripleknya. Namun setelah kupikir-pikir, sepertinya alasan utama mereka melakukan itu supaya hemat. Karena dengan cara itu, mereka hanya butuh satu lapis triplek sehingga belinya bisa dibagi dua. Uang sisanya mungkin untuk menambal atap rumah yang mulai menampakkan lubang hidungnya?

Ini hanya pendapatku saja ya, bisa iya bisa juga benar sekali!

Setapak jalannya penuh dengan genangan air berwarna, mengingatkanku dengan susu cokelat yang kuminum sebelum tidur. Jalannya minimalis, seakan didesain khusus untuk di lewati satu orang. Tiap-tiap pintu rumah di gang sempit tersebut juga terlalu unik karena tanpa teras dan berhubungan langsung dengan tepi jalan. Jadi, tak perlu jalan jauh-jauh lagi untuk melewati halaman rumah luas, seperti rumahku dan rumah-rumah normal lainnya.

Di gang tersebut sang tuan rumah hanya perlu buka pintu lalu dalam selangkah, langsung berada di jalan setapak. Cukup praktis, kan? Walaupun ada kekurangannya sih yaitu; untuk beberapa keluarga yang punya sandal atau sepatu (sepertinya tak ada yang punya deh), harus membawa masuk sandal ke dalam rumahnya. Wajib dilaksanakan! Jika tidak ingin sandal kebanggaan satu-satunya hilang atau mungkin nyangkut terbawa ban gerobak yang lalu-lalang di setapak jalan minimalis tersebut.

Lihat selengkapnya