Seperti roda yang berputar pada porosnya, begitupun dengan hidup. Kadang diatas kadang dibawah, kadang terasa mudah kadang terasa susah. Semua pasti akan merasakannya, bahkan ada yang bagi kita hidupnya terlihat mudah saja bukan berarti kemudahan itu ia dapati tanpa melewati kesulitannya terlebih dahulu.
Setelah ayah diberhentikan dari pekerjaannya kami yang tinggal dirumah dinas harus pindah karena ayah tidak berstatus pegawai lagi. Uang tabungan yang ayah punya habis untuk mengganti kerugian perusahaan akan kayu-kayu yang hilang.
Tentu aku berpikir apa yang akan terjadi kepadaku yang akan melanjutkan ke jenjang Pendidikan yang lebih tinggi dan begitu pula adikku yang masih bersekolah.
Katanya kalau niatmu baik pasti saja ada jalannya. Tapi tak begitu dengan pemikiranku saat ini, bagaimana bila aku memaksakan untuk tetap melanjutkan Pendidikan dan berhenti ditengah jalan? Karena kondisi keluarga kami kini berbeda, kami hanya bisa mengandalkan uang yang tersedia sebaik mungkin. Terlebih adikku yang perjalanannya masih Panjang.
Mau sebesar apapun inginku, sebesar apapun impianku, keluargaku tetap jadi yang nomor satu. Aku tak ingin memaksakan kehendakku sedang ada pihak lain yang nantinya menjadi sulit karenaku.
Setelah melewati pemikiran panjang aku memutuskan untuk tidak melanjutkan Pendidikan ditahun ini. Lalu aku menghampiri ayahku yang sedang berbaring dikamar, dan aku berbicara kepada ayahku tentang keputusan ini.
"Ayah meta mau bicara" aku langsung duduk di kasur ayah dan mengajak ayah untuk berbicara tentang keputusanku.
“Ayah Meta putusin untuk ga lanjutin Pendidikan ditahun ini, insyaAllah tahun depan juga meta bisa ikut lagi ko Yah” nadaku yang berusaha tegar, ayahpun terkejut karena tahu sebesar apa inginku dan sebesar apa usahaku untuk sampai pada titik ini, ia seketika memelukku dan berkata,