MetaMorphoo

Zaeni Dwi Octa Pitaloka
Chapter #14

WARPAT

Setelah memutuskan untuk tak melanjutkan kuliah, aku pergi ke Bogor untuk berlibur sejenak memikirkan apa yang harus aku lakukan kedepannya. Dimana aku harus bekerja, dan bagaimana aku harus membantu Ayah. Karena Ayah ternyata tidak ingin aku bekerja, ia tak ingin ketika aku bekerja lalu aku dijahati oleh orang-orang bahkan melalui kesulitan saat bekerja, karena ia pun merasakan sendiri bagaimana sulit sampai pahitnya di dunia kerja.

Sulit ketika kamu sudah punya tujuan tapi tujuan itu belum bisa kamu tuju dan kamu harus berpindah haluan.

Aku melihat kakakku yang sedang bersantai di teras rumah, Bogor yang sejuk nan asri memang tempat yang cocok untuk menenangkan pikiran. Rumah ibuku ada didaerah puncak, daerah yang sejuk, hijau nan asri yang sedap dilihat sejauh mata memandang.

Lalu aku membuatkan kakakku teh manis hangat, sambil berbincang mengenai aku yang ingin bekerja tapi tak ingin ketahuan Ayah.

"Kak ini tehnya diminum"

"Tumben dek, ada angin apanih? Pasti ada maunya" sahut kakakku.

"Itu kak, aku to the point aja nihya. Aku mau ngobrolin masalah kemarin, kan aku gajadi kuliah tahun ini. Tapi ayah ga izinin aku kerja. Gimana aku bisa bantu ayah coba kalau gitu? Tujuanku ga kuliah dulu kan itu supaya ga beratin ayah dan bantu ayah juga" tanyaku pada kaka yang berharap mendapatkan solusi.

"Nah makanya dari tadi kaka bengong disini tuh bukan sama pikiran kosong, tapi kaka mikirin itu juga. Karena kaka pribadi baru masuk kerja dan belum bergaji besar, belum bisa menguliahkan kamu dek" jawab kakak.

"Aku sih gamasalah kak kalau kuliah tahun depan, asalkan ayah ga kesusahan karena aku. Aku gamau egois juga" sahutku.

Lihat selengkapnya