Aku yang meminta izin pada dokter untuk tetap disamping ayah sambil mengaji dan berdzikir tidak diperbolehkan, lalu aku diam diluar ruangan sambil menunggu kabar selanjutnya.
Kau tahu? Tiap pintu ICU terbuka jantungku bagai dilambungkan, rasa ketakutan menerjang. Berpikir bagaimana jika aku kehilangan Ayahku hari ini?
Aku berdzikir dan meminta pada Allah agar tak mengambil cinta pertamaku dari diriku, berjanji akan menjadi hamba yang lebih taat lagi jika Ia menolong ayahku. Sampai berpikir untuk bertukar posisi dengan Ayahku, agar ia tak menderita karena sakit yang ia rasa.
Ibuku dan kakakku akhirnya datang pada jam 01.00 WIB, kami sempat mengobrol sedikit. Ketika kakakku ingin bertemu ayahku petugas medis tak memperbolehkannya karena ayah belum boleh dijenguk.
Karena keadaan ibuku yang mabuk perjalanan, kakak dan ibuku memutuskan untuk mencari hotel agar beristirahat sambil menunggu kabar selanjutnya dariku dan adikku yang kala itu memutuskan tinggal dirumah sakit.
Kami tiada henti berdoa dan berdzikir berharap ada keajaiban, kemungkinan terburuk selalu ada dalam pikiranku. Saking tiada hentinya ku berdzikir, tasbihku pun terputus dan tercecer. Aku yang saat itu berusaha mengumpulkan tasbih yang tercecer, tiba-tiba dokter keluar dan memanggil seluruh anggota keluarga untuk masuk ke ruangan.
Aku langsung menelpon kakakku untuk datang kembali ke rumah sakit.