Jika hidup terjadi sesuai dengan kehendak kita, khayalan kita, rencana kita. Apakah itu yang dinamakan hidup? Lalu dimana letak misterinya? Dimana letak penyerahan dirinya? Dimana letak imanya?
Karena imanlah yang sebenarnya membentuk kehidupan.
____________________________________________
“Bruak” Prayata meringis kesakitan, kedua lututnya lecet dan mengeluarkan darah segar.
Sambil menahan sakit, Prayata mencoba untuk berdiri, tapi badanya terasa lemah sekali. Apakah karena ia belum sarapan? sehingga badanya terasa tak bertenaga.
Sekali lagi Prayata mengerahkan tenaganya untuk berdiri, dan kali ini ia berhasil berdiri, walaupun dengan nafas tersengal-sengal.
Prayata melihat ke sekelilingnya. Suasana di gang rumahnya masih sepi. Belum terlihat ada aktifitas apapun. Ia menarik nafas panjang. Udara di dini hari memang terasa lebih segar dan bersih. Jam di tanganya menunjukkan pukul 04.11, masih ada waktu untuk mengejar bus pukul 04.30.
Hari ini sekolahnya mengadakan karya wisata ke dufan. Dan para murid harus sudah ada di sekolah jam 5.
Prayata mempercepat langkah kakinya. Baru setengah jalan Prayata kembali terjatuh.
“Argh!“ Prayata meringis kesal, dia berdiri dan menendang batu besar dihadapanya dengan ujung sepatunya.
“Sial!“ gerutunya keras dan langsung berjalan lagi.
*
Lapangan sekolah sudah dipenuhi teman-temanya yang bersenda gurau. Prayata mengedarkan pandanganya mencari sahabatnya.