Karena rancanganKu membuatmu menyangkal Aku.
RencanaKu membuatmu menyangkal dirimu sendiri.
Dan penyangkalan membuatmu mengerti arti dan nilai dirimu
____________________________________________
Nika berdiri terpaku, badannya seakan membeku, melarang dirinya untuk bergerak menjauh.
Dengan tangan gemetar, Nika berusaha untuk menggerakkan jari jemarinya yang lentik. Untuk membuka kain putih dihadapannya, rasanya sulit sekali. Seakan ada sebagian dari dirinya yang melarang untuk membukanya. Sedangkan bagian dirinya yang lain mendorong untuk segera membukanya.
Nika kembali menarik tangannya. Air mata tiba-tiba mengalir deras menuruni kedua pipinya.
"Ini hanya mimpi kan?" Tanyanya dalam hati
"Ini tidak mungkin terjadi kan?" Gumamnya lagi, berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri.
Nika tidak sadar menggigit bagian bawah bibirnya hingga berdarah. Rasa amis dari darahnya seakan menyatu dengan bau amis di dalam ruangan ia berdiri sekarang.
"Nika." Ibu Dhira memegang pundak putrinya dengan lembut.
"Kamu tidak perlu melakukanya nak. Jika kamu tidak mau." Nika terdiam, ia menundukkan kepalanya dan mulai menangis tersedu.
"Aku ingin melihatnya bu." Ibu Dhira terdiam, ia ikut menangis melihat putrinya tak berdaya. Apa yang harus dilakukanya sekarang. Ia hanya bisa berdiri diam dibelakang putrinya, menemaninya, mengawasinya, mendampinginya dan menguatkanya, untuk menghadapi satu peristiwa besar dalam hidupnya.