Hati yang gembira adalah obat.
Wajah yang tersenyum adalah penyemangat.
Tapi hati yang sedih menimbulkan kesakitan.
Dan wajah yang murung, mendukakan orang yang melihatnya.
___________________________________________
Arunika menatap dari dapur ke arah Kanigara yang tengah menatap layar hpnya di ruangan keluarga. Dadanya berdesir sedih sekali. Ingin rasanya ia berlari menghampiri Kani dan memeluknya dengan erat. Apakah semuanya akan sama setelah pertemuan keluarga ini? Apakah semuanya akan membaik? Atau malah akan makin memburuk? Arunika hanya bisa diam dan berdoa dalam hatinya. Berharap semuanya akan baik-baik saja.
Di ruang makan, Prayata mengambil kue bolu yang tergeletak diatas meja. Anak kembarnya Kaivan dan Kayana ingin mencicipi bolu buatan Arunika. Setiap kali mereka berkunjung ke rumah ibu, pasti Arunika selalu membuatkan bolu pisang kesukaan keponakanya.
Walaupun hubungan prayata dan kakak perempuanya tidak akur. Tapi Prayata mengajarkan tentang tata krama, dan sopan santun kepada kedua anaknya. Kaivan dan Kayana sampai saat ini tidak mengetahui kalau hubungan ayahnya dan kakak perempuanya tidak harmonis. Anak kembarnya juga bahkan tidak mengetahui bahwa hubungan ayah dan ibunya sedang berada di ambang perpisahan.
Dari sudut matanya, Prayata menatap punggung Arunika. Punggung yang dulu ingin selalu ia lindungi. Punggung yang selalu terlihat kesepian dan seakan menanggung begitu banyak beban.