Sekejap, waktu terhenti.
Kilatan cahaya yang tak terlihat mata.
Suara yang tak terdengar.
Semuanya menjadi satu kesatuan.
Sebuah bukti akan adanya masa lalu.
Bukti dalam sebuah gambar.
Yang tak terbantahkan oleh apapun.
__________________________________________
Ibu Dhira memberikan foto yang dikeluarkanya dari dompet kepada Prayata. Prayata menerima foto itu dan menatapnya dengan mimik muka mengkerut. Tidak ada yang aneh dengan foto itu, hanya foto Arunika yang sedang menggendong Kanigara.
Prayata memberikan fotonya kepada Yandra, yang juga melihat fotonya dengan mimik muka biasa saja.
Kanigara menerima foto yang disodorkan Yandra kepadanya. Foto itu ternyata foto waktu dia bayi dan digendong kakak perempuanya.
Kenapa Ibu Dhira memberikan foto Arunika yang menggendong Kanigara? Apakah ada sesuatu yang spesial tentang foto itu? Atau apakah ada cerita lain dibalik foto yang sekarang dipegang oleh Arunika?
Mereka semua terdiam, dan menatap ibu Dhira yang ternyata menatap ke arah Arunika.
Arunika memegang foto ditanganya dengan gemetar. Tak terasa air mata mulai mengalir menuruni kedua pipinya.
"Arunika." Sahut ibu Dhira.
"Apa kamu sudah siap nak?" Arunika mengangguk pelan dan menatap adik-adikknya.
"Maafkan kaka." Sahutnya singkat sambil terisak menangis.
Arunika merogoh saku celananya dan mengeluarkan foto yang lain. Ia menatap foto ditanganya dengan berlinangan air mata, lalu ia menyerahkanya pada Kanigara.
"Maafkan aku, Kanigara."