Michele : Richest Woman in the World

Razza
Chapter #2

A WEEK AFTER

Pagi mendung namun udara terasa panas, cuaca memasuki pertengahan Juni yang berarti musim panas. Dia akan melihat banyak orang-orang dari kota ini berjalan ditaman-taman kota, mencari penyejukan suasana bersama keluarga. Artikel pertama tentang Mrs. Michele meledak bagai ledakan bintang supernova. Semua kantor berita lain mengulang-ulang pemberitaan mengenai Mrs. Michele, The New Maria dengan New York Times sebagai sumber berita utama. CNN, BBC, NBC, ABC, semuanya. Mrs. Michele menjadi trending topik disemua media sosial yang ada didunia, semua channel show televisi berusaha menanyangkan berita trending topik itu. Hashtag #mrsmicheletransgender menggema seantero dunia. Bagaimana tidak? Seorang wanita yang selama ini terlihat sangat sempurna, memiliki rahasia yang semua orang tidak tahu. Namun tentu saja, New York Times mengalami demo massa besar-besaran membela Mrs. Michele, terutama dari kalangan LGBT didunia.

‘Apakah salah jika memiliki masa lalu sebagai seorang transgender? Dimana otak kalian?’ Wawancara dengan seorang transgender disalah satu media berita talkshow.

Hey! Apakah menjadi seorang transgender sebuah aib? Pilihan untuk mempublikasikannya itu hak perseorangan! Ada apa dengan kalian? Mrs. Michele begitu baik, Yayasan amalnya mendunia! Apa yang telah kalian lakukan untuk dunia seperti yang dilakukan Mrs. Michele? Kalian Rasis! Ini Amerika! Menyerang informasi pribadi seseorang itu sama seperti kalian menyerang hak orang hitam dinegara ini! Kalian gila!?’ Wanita berwarna itu mengamuk, dalam video itu dia memukulkan tasnya kearah kamera yang merekamnya.

Mau Mrs. Michele seorang transgenderpun, aku tidak peduli! Dimana perasaan kalian? Kalian sedang menyakiti hati The Goddes of Good! Mrs. Michele, apapun yang terjadi. Cinta kami untukmu.’ Kata seorang pria didalam video yang viral.

Kami menuntut New York Times tutup! Hati kami sakit mendengar sosok ibu yang begitu kami cintai diserang secara membabi buta! Apa yang pernah dilakukan Mrs. Michele kepada kalian? Kami menuntut NYT meminta maaf segera!’ Transgender itu mengamuk, memarahi semua juru kamera yang terlihat dikerumunan massa.

Begitu banyak pro dan kontra atas penerbitan artikel panjang itu, namun tidak banyak juga yang menjadikan itu bahan gurauan dan lelucon. Naomi melihat kerumunan massa pendemo itu dari balik layar kaca gedung New York Times. Ada ribuan unjuk massa begitu berita itu terbit sehari setelahnya. Naomi sedikit puas, namun ada beberapa perasaan bersalah juga yang menyeleimuti dirinya.

“Hey Nao! Kau sangat terkenal sekarang.” Aiden menepuk Pundak Naomi, “lihat semua berita yang menayangkan Mrs. Michele. Ini gila!”

Naomi tersenyum, Aiden salah satu sahabat terbaiknya disini.

Satu kantor begitu bergemuruh, hampir semua orang memberikan selamat kepada Naomi. Naomi senang tentu saja, bahkan orang-orang yang tidak menyukainya disana ikut memberikan ucapan selamat seperti Brian si mulut ember, atau Aurora si penggosip hina. Tapi ada sesuatu yang sangat mengganjal dihati Naomi, pacarnya tak menghubunginya sama sekali sejak debat sengit mereka perihal peneribatan berita ini. Sebastian berusaha keras membujuk Naomi untuk mengurungkan beritanya tentang Mrs. Michele, yang tentu saja perdebatan dimenangkan oleh Naomi dan sekarang Sebastian mendiamkannya.

Minggu demi minggu kerumunan massa bertambah, artikel mengenai Mrs. Michele juga semakin memanas diterbitkan New York Times. Terlebih Ketika seorang aktor ternama berusaha memihak Mrs. Michele dan menyebut NYT tak memiliki kredibel, bukti-bukti yang mereka sodorkan tidak kuat dan terpecah-pecah setiap minggunya. Sang aktor memaksa NYT memberikan bukti akurat. Lalu pihak NYT kelang beberapa hari melampirkan bukti visual akte terlampir operasi ganti kelamin Mrs. Michele. Tentu saja langsung menjadi trending topik.

Media sosial ikut meramaikan dengan mencari-cari rahasia tersembunyi Mrs. Michele, itu menjadi sebuah challenge tersendiri dibeberapa kalangan. Beberapa hacker menyingkap beberapa dokumen tambahan. Pada awalnya hanya sosok Mrs. Michele yang terserang, lalu semua anggota keluarganya ikut terseret di media sosial. Berita mengenai anak-anak Mrs. Michele menjadi trending topik dalam beberapa minggu. Lalu semua peristiwa penting Mrs. Michele dibuka lembar demi lembar, hingga mengait-ngaitkan semua perusahaan yang berada dinaungan Michele Corps. Berita mengerikan seperti;

Mrs. Michele menjajakan tubuh kepada CEO bla bla bla untuk memperlancar sirkulasi bisnis perusahaan.

Sungguh keterlaluan, media sosial pada akhirnya meramaikan berita-berita yang belum teruji kebenarannya. Naomi bahkan merinding membacanya.

“Berita macam apa ini? NYT tidak pernah mempublikasikan sampah semacam ini!” Sewot Naomi didepan rekan wartawan.

“Begitukah menurutmu?” Brian menanggapi, ini ulahmu juga ular berbisa.

“Tentu saja!” Naomi menanggapi sinis, pasti kau senang kan lelaki bau!

Satu persatu kehidupan Mrs. Michele diberitakan secara hoaks melalui tangan-tangan jahat yang tidak bertanggung jawab. Naomi sedikit kesal dengan hal itu, tidak seharusnya mereka begitu. Dia berusaha kredibel selama ini dengan berita yang diterbitkannya. Bukan hal ini yang diinginkannya, mereka sungguh keterlaluan, pikir Naomi.

Kehidupan pribadi Mrs. Michele tersapu angin kuat, hingga perusahaan-perusahaan luar terkait memberikan klarifikasi. Ada begitu banyak kerugian yang dialami pihak Mrs. Michele, Naomi sadar akan hal itu. Namun, tak satupun klarifikasi diberikan oleh pihak Mrs. Michele sebagai pihak yang dirugikan dengan berita-berita miring yang tersebar. Bahkan dari awal sampai akhir musim panas inipun, tak ada satupun klarifikasi baik dari perusahaan, keluarga maupun Mrs. Michele sendiri. Tak masuk akal. Apakah mereka sedang menyembunyikan diri? Tidak, tidak. Bukankah terlalu banyak kerugian yang diciptakan? Tapi kenapa memilih diam? Naomi pusing memikirkan itu. Mrs. Michele pasti sangat membencinya sekarang.

Sebastian juga benar-benar memutuskan kontak dengan Naomi. Pria itu seharusnya menghubunginya dan meminta maaf, pikir Naomi. Lelaki brengsek. Tapi dia sungguh kangen namun harga dirinya membuatnya tak menghubungi Sebastian duluan.

Kepala Naomi terlalu banyak yang dipikirkan, besok dia akan beristirahat total. Menikmati apartemen kecil barunya. Sejak menerbitkan berita tentang Mrs. Michele, keuangan Naomi menjadi sangat baik, bonus perusahaan didapatkannya dengan melimpah, bahkan gegara berita itu kantornya kebanjiran investasi. Bonus itu membuatnya bisa membayarkan apartemen yang lebih baik dilingkungan yang lebih baik. Belum lagi namanya meroket di perkancahan dunia jurnalistik. Bahkan dia pernah mendapatkan tawaran personal endorsement dari perusahaan ternama, tentu dia tolak. Bukan kredibilitas miliknya disana.

“Nao, kau sibuk pulang ini?” Ellyria mengejutkannya dari belakang.

“Ah, apa?”

“Kau sibuk pulang ini? Ayo kita minum-minum. Ajak Aiden, Rio dan Lisa!”

Naomi melihat Ellyria, “Tidak El, kepalaku pusing, aku mau pulang saja.”

“Kau tidak apa-apa?” Tanya Elyria kepada Naomi, Naomi mengangguk, “kau mau aku antar?”

“Tidak, aku bisa berjalan, apartemenku hanya dua belas blok El.” Naomi menghindar, dia sudah membayangkan kakinya berjalan menyusuri blok perkantoran malam ini, stop di pecinan China yang sangat disukainya.

“Baiklah, hati-hati Nao, hubungi aku ketika kau sampai, oke?”

“Baiklah.”

Mereka pulang bersama, naik lift bersama namun berpisah ketika keluar kantor dari pintu belakang. Mereka menghindari kerumunan pendemo yang masih saja ramai hari ini didepan kantornya. Naomi berjalan sendiri, keluar gang gelap itu dari belakang. Berjalan pelan sambil memainkan smartphonennya, berharap Sebastian mengirimkan Whatsapp atau menghubunginya. Walau tidak ada. Naomi memandang kedepan, ada barisan pendemo pendukung Mrs. Michele. Sial, pikirnya. Dia sedang tidak mau berpapasan dengan salah satu dari mereka, sejak mempublikasikannya, wajah Naomi menjadi sasaran para pendukung Mrs. Michele, mereka mengenali Naomi dari ujung rambut sampai ujung kaki dan sekarang dia sangat terekspos tanpa selebaran kain yang mampu menutupi wajahnya, bahkan minggu lalu dia kedapatan seorang transgender mengoceh sepanjang jalan mengikuti Naomi sepanjang jalan pulang dan diujung apartemen, dia kedapatan dilempar telur ayam tepat diwajah Naomi. Malu? Tentu saja.

Naomi terpaksa menghindar dengan memasuki gang kecil nan gelap antara dua gedung besar. Dia berjalan cepat, langkah kakinya bergerak cepat ingin menuju ujung cahaya diseberang sana. Suara langkah kaki dibelakang mengikutinya, dia menoleh kebelakang berharap mampu mengenali wajah orang itu. Namun kegelapan menutup wajahnya dengan sempurna. Sial. Pria itu membawa sesuatu dengan tangannya. Naomi gugup, dia menambah kecepatan langkah kaki. Pria itu malah berlari cepat, Naomi ikut berlari. Sial. Masih jauh, kenapa aku masuk gang ini?

Pria itu berjarak satu meter untuk meraih Blouse Naomi, jantung Naomi berdetak kencang, lalu terjatuh. Kakinya terkilir, sepatunya terlepas. Berlari menggunakan Peep To Heels adalah pilihan yang buruk. Tak jauh didepannya seorang pria bertubuh besar menghadang pria yang mengejarnya. Pria itu memasang kuda-kuda bertarung. Namun pria yang mengejarnya itu berhenti dan berbalik menjauh.

"Ya pergi sana kau bajingan brengsek!” Ucap pria itu, lalu berbalik dan mengambil sepatu Heel yang terlepas dari Naomi.

“Berhenti!” Teriak Naomi, “bagaimana aku tahu kau bukan komplotannya?”

“Woah! Tunggu dulu,” Pria itu berhenti dan melemparkan sepatu Naomi kepinggirnya, “Aku tak tahu apa yang terjadi. Aku hanya melihatmu berlari dan pria itu berlari, jadi kupikir sesuatu yang tidak baik pasti sedang terjadi.”

Naomi menghidupkan senter smartphonenya, mengarahkannya tepat ke pria itu. Sangat tinggi, tubuhnya bidang, wajahnya berbulu halus, walau tak jelas, tapi dia bisa membedakan. Pria satu ini sangat tampan. Sial. Mana mungkin pria setampan ini penjahat.

“Kau percaya padaku?” Tanya pria itu.

Naomi mengangguk, wajahnya memerah seketika, bagaimana mungkin ada pria setampan itu di gang ini? Naomi mencoba berdiri, namun kakinya terkilir. Pria itu membantunya tapi tidak memungkinkan. Pria itu memberikan tatapan tajam kepada Naomi lalu bertanya.

“Kau percaya padaku?”

“Tunggu, apa yang mau kau lakukan? Kenapa kau bertanya hal itu dua kali?”

Naomi menarik kakinya, pria itu sangat kuat, dia memegangi kaki kiri Naomi yang terkilir lalu dalam beberapa detik Naomi berteriak kencang. Sangat kencang hingga beberapa orang dari ujung gang yang bercahaya berjalan kesana. Pria itu membetulkan kaki Naomi yang terkilir. Naomi memukul dada pria itu secara tak sengaja, efek dari kesakitan. Lalu dia menggerakan kaki kirinya dengan leluasa.

“Kau lihat?” Pria itu tersenyum

Lihat selengkapnya