Naomi memegangi tangan Sebastian yang berkeringat dengan erat, Sebastian baru saja sadar dari koma panjang selama dua minggu. Naomi benar-benar mengosongkan waktunya seharian untuk Sebastian. Tentu saja ketika Sebastian sadar Naomi yang mendampinginya pagi itu, dia langsung meminta maaf karena tak dapat memenuhi janji makan malam tempo hari. Naomi tak menanggapi sama sekali, justru dia merasa bersalah telah berburuk sangka kepada Sebastian, kekasihnya dan malah berkhianat bersama Benjamin. Namun dia tak dapat mengutarakan hal itu, mengungkapkannya sekarang hanya akan menjadi beban pikiran Sebastian, hal itu tak diinginkan sama sekali oleh Naomi.
Sebastian mengalami PTSD, Post Traumatic Stress Disorder setelah kecelakaan dan harus beristirahat total selama sebulan, para dokter telah melakukan operasi pembuluh darah pecah dibagian otak sebelumnya. Untung saja Sebastian tidak mengalami fraktur tulang karena kecelakaan. Enfasilitis, atau peningkatan cairan dalam otak yang segera dibuang dengan memasang semacam saluran buatan didalam otak. Intinya, syukurlah Sebastian bisa selamat dan itu sudah sangat membuat Naomi sangat berterima kasih kepada Tuhan.
Naomi yang belakangan terus menemani Sebastian dirumah sakit, mendapat konflik hebat dari ibu sang pacar. Ibunya yang sangat tidak menyukai Naomi terang-terangan memasang wajah tak enak jika bertemu Naomi dan selalu bicara judes, untung saja Naomi yang sudah terbiasa akan hal itu sebagai bagian dari jurnalis melewati hal itu biasa-biasa saja terlebih Sebastian yang seratus persen memihaknya membuat Mrs. Stan tak dapat menang sama sekali, Naomi cukup merasa menang atas hal itu.
Setidaknya untuk urusan Sebastian, Naomi sudah bisa menarik nafas lega, menemaninya dan bersama dari awal koma sampai sadar sudah terasa cukup. Tapi mengenai kabar kelanjutan tentang pertemuan dengan Mrs. Michele sama sekali tak ada sama sekali. Setelah membalas dengan beberapa kata setuju untuk bertemu, Mrs. Michele hanya membalas pesan surelnya dengan singkat.
-------------------------------------------------------------------------------------------
Anak tertuaku akan mengurus semua hal itu, semoga kita dapat bertemu secepatnya.
Salam hangat,
Mrs. Michele Ar Rakthoum.
-------------------------------------------------------------------------------------------
Dan sudah lebih dari dua minggu tak ada kabar sama sekali dari Mrs. Michele, seperti hilang tertelan lapisan bumi yang paling dalam. Kosong tak berbalas meskipun Naomi hampir tiap hari menunggu balasan. Tapi sudahlah, untuk saat ini prioritasnya hanya Sebastian. Tak ada hal lain yang lebih penting. Pekerjaan rutinnya juga tak terganggu sama sekali. Hanya saja bos Naomi memberikan sedikit keringanan dari kegiatan jurnalistik sehari-hari.
Naomi sebenarnya cukup ragu ketika membalas surel Mrs. Michele, bagaimana bisa nyonya itu bahkan berterima kasih kepadanya bahkan ketika dia sudah menjatuhkan namanya seantero dunia. Membuatnya viral untuk sebuah pragmatisme yang negatif. Apa motif Mrs. Michele sebenarnya yang menjadi rasa penasaran Naomi, bahkan kepala redaksinya memberikan opsi-opsi buruk yang mungkin sedang direncanakan pihak Mrs. Michele, bahkan Aiden dan Ellyria pun berpikir begitu. Namun Naomi merasa ada sesuatu yang berbeda, entah perasaan apa itu, Naomi tak dapat menjelaskannya sama sekali.
“Hey, Nao, are you’re okay babe?” Tanya Sebastian memecah hening diantara mereka berdua.
“Oh Seb, ya ya aku tidak apa apa.”
“Ayolah, aku sudah mengenalmu dari kita sekolah, aku tahu jika kau sedang memikirkan sesuatu.” Sebastian menggenggam tangan kanan Naomi, “ceritakan saja padaku.”
“Ah…” Naomi tak bisa mengelak lagi, memang hanya Sebastian yang sangat mengenal seluk beluknya dari hal yang terkecil sekalipun. “Kau tahulah Seb.”
Sebastian menyimak bibir Naomi yang berbicara lembut.
“Tunggu, boleh aku mendapat kecupan dari bibir itu?” Tanya Sebastian genit. Naomi mencubit perut Sebastian pelan dengan sedikit tertawa lalu memberikan kecupan diwajahnya.
“Hey babe, besok sore para kolega bisnisku akan datang menjenguk. Apakah kau bisa menemaniku? Kau tahulah, aku cukup malas bertemu dalam keadaan seperti ini. Bantu aku, plis?” Bujuk Sebastian manja kepada Naomi.
Naomi memandang mata Sebastian yang penuh harap, “baiklah, tentu saja. Aku seharian disini kok. Untukmu.” Naomi mencium tangan Sebastian, mereka sangat romantis.
Lalu siang itu berlalu begitu saja, tak ada yang begitu spesial. Seperti biasa, Mrs. Stan datang lagi dengan mengerutkan wajahnya kepada Naomi, namun tak ditunjukkannya ketika Sebastian melihat. Dasar ular tua, pikir Naomi.
***
Keesokan sorenya, Naomi sudah sangat rapi menunggu di bangsal VVIP rumah sakit itu bersama Sebastian. Sesuai permintaan Sebastian kemarin, Naomi diminta berdandan secantik mungkin karena Sebastian ingin mengenalkannya kepada mereka officially. Ketika beberapa rombongan itu datang, ada sekitar lima belas orang yang terbagi tiga rombongan lima orang. Mereka tertawa keras, Naomi cukup senang mengenal mereka, Sebastian terlihat cukup akrab dengan mereka.
“Jadi kapan kalian akan menikah?” Celetuk Adam sambil tertawa. Naomi dan Sebastian hanya berpandangan, “apa?? Serius bung? Kau belum memikirkannya? Untuk wanita secantik ini? Oh Tuhan!”
Sebastian berkelit dan Naomi memandangi cukup serius. Candaan itu sepertinya membuat Naomi cukup serius menanggapi. Hubungan mereka sudah sangat lama untuk mengenal satu sama lain. Sudah seharusnya Sebastian memikirkan hal itu dengan serius, walau mereka pernah berjanji bahwa tanpa pernikahanpun mereka akan hidup berdampingan satu sama lain, mencintai satu sama lain. Tapi perkataan Adam cukup berdampak serius pada Naomi, yang pada saat rombongan kedua masuk membuat Naomi terlihat banyak diam saja.
Saat rombongan ketiga masuk, Naomi terkejut bukan main. Betapa tidak, salah satunya adalah Benjamin. Sepanjang mereka mengobrol, Naomi salah tingkah, Sebastian menyadari hal itu. Naomi mencari alasan untuk keluar dari sana, tak mau membuat suasana terlihat lebih tak karuan.
Lalu setelah beberapa lama, rombongan terakhirpun keluar. Menyadari hal itu, Naomi segera masuk kembali kedalam bangsal. Bukan main dia terkejut kembali ketika menyadari bahwa Benjamin belum keluar sama sekali, tapi Naomi sudah tak bisa menarik kakinya kembali. Dia pun masuk dengan perasaan gagu.