Angin begitu kencang ketika mereka terbang berada seratus meter diatas permukaan tanah, ini bukan kali pertama Naomi menaiki helikopter pribadi. Sebelumnya dia pernah beberapa kali naik helikopter saat meliputi beberapa berita aktual seperti pengejaran perampokan bank of New York, atau seperti peliputan berita kecelakaan maut dijalur 234, dan lainnya. Tapi naik helikopter yang mewah dan besar seperti ini, pengalaman pertama kali baginya.
Dia melihat dari jauh mansion keluarga Mrs. Michele, alamak besar sekali. Itu penampakan yang sangat luar biasa. Mansion itu terdiri dari beberapa bangunan. Satu bangunan utama menghadap kearah pantai yang bersih nan putih, tiga bangunan pendukung disisi timur, barat dan seberang bangunan utama. Ditengahnya bangunan-bangunan itu ada kolam renang besar memanjang yang berwarna biru. Kolam renang dipulau yang dikelilingi pantai. Hebat! Dibelakang bangunan selatan ada beberapa bangunan kecil memanjang dan menyebar tak terlalu beraturan dengan pohon-pohon berbagai jenis menghiasi mansion itu. Kutaksir harga mansion ini triliunan!
Sudah beberapa kali belakangan ini Naomi takjub, mulai dari Jet, Hotel, dan sekarang Mansion mewah yang terpampang. Lebih lanjut dia sungguh meneteskan air matanya ketika rombongan besar satu keluarga itu menyambutnya seperti tamu kehormatan, mereka berbaris rapi melambaikan tangan, tersenyum dan membungkukkan wajah. Belum lagi ketika para anak-anak itu berlari mengelilingi Naomi layaknya dia seorang sinterklas yang sedang membagikan hadiah pada hari Natal, begitu haru. Naomi tak pernah merasakan sensasi yang seperti ini. Dadanya begitu sesak dengan perasaan bahagia yang meluap. Bagaimana bisa mereka menyambut Naomi sedemikian baik, sedangkan beberapa minggu atau bulan lalu dia menerbitkan salah satu rahasia yang mungkin tak pernah Mrs. Michele publikasikan.
Mark Brien O' dan istrinya menyambut Naomi, mengajaknya berkeliling mansion itu dengan Methaa mengikuti Naomi dari belakang. Dia belum melihat Mrs. Michele dari tadi, bertanya-tanya dalam hati mengapa sampai sekarang dia belum bertemu dengan Mrs. Michele. Tapi kebaikan pasangan itu membuatnya tak dapat berkutik untuk bertanya macam-macam. Sebenarnya Naomi juga terlanjur tercengang melihat isi mansion itu dari dekat. Betapa semua bahan yang terpakai disana merupakan bahan tereksklusif didunia.
“Baiklah nona Naomi, ini kamar anda selama kita berada disini.” Ucap Mark, pria berusia empat puluh itu lembut dan tersenyum. “Kau bisa beristirahat disini. Jika membutuhkan sesuatu, anda bisa bicara langsung kepada Methaa, dia assistenmu selama berada disini.”
Naomi memperhatikan kamar luas yang dimasukinya, dindingnya berwarna hijau keramik. Luas kamar itu dua kali luas apartemennya, kasur yang besar dengan kaca hias yang sangat besar. Naomi memegangi dinding marmer hijau itu dengan kagum. Lalu didapatinya Mark beserta istrinya meninggalkan mereka.
“Mrs. Michele ingin bertemu anda secara pribadi setelah makan malam. Anda memiliki jadwal bebas saat ini. Apakah anda ingin saya memperkenalkan semua anggota keluarga nona Naomi?” Methaa berdiri agak jauh darinya, namun perkataannya begitu jelas. Baru disadari Naomi bahwa postur wanita muda itu sangat kurus. Kulitnya putih sebening salju.
Naomi berpikir sejenak, “Kupikir bagus juga mengenal semua orang yang ada disini. Begitu ramai. Apakah mereka anak dan cucu-cicit Mrs. Michele?”
“Benar sekali no,” Naomi menghentikan Naomi.
“Cukup nona-nona nya, kita sebaya, panggil Naomi saja.”
“Ah, baiklah. Naomi.” Methaa tersenyum.
“Kau sudah begitu lama bekerja dengan keluarga mereka begitu?” Tanya Naomi cepat, teringat Llady, dia bercerita panjang lebar.
“Seumur hidupku. Ibuku bekerja dari muda untuk Mrs. Michele, mereka menyekolahkanku hingga master di Cambridge.” Ucap Methaa, “dengan beasiswa full tentunya.”
“Wah, sungguh aku jadi malu mendengarnya. Semua orang yang mengenal Mrs. Michele terlihat begitu baik dari sudut pandang mereka.” Ucap Naomi pelan, “aku jadi ragu dan merasa bersalah menimbulkan banyak serangkaian kejadian kepada Mrs. Michele.”
Methaa menatap Naomi tajam, “itu karena anda belum mengenalnya, nona. Ah maksudku Naomi.” Methaa tersipu, “aku yakin semua akan berbeda ketika anda mengenalnya lebih jauh.”
“Kuharap begitu, perasaanku begitu campur aduk sekarang. Kuharap aku menemukan berbagai jawaban permasalahan yang sedang kuhadapi disini.”
“Kuharap juga begitu.”
“Semoga saja.”
“Kalau begitu ayo keluar. Mari kuperkenalkan semua anggota keluarga Mrs. Michele.” Methaa menarik tangan Naomi, tak disangkanya Methaa bisa menjadi begitu akrab dengannya begitu cepat.
Mereka berjalan pelan, menghampiri satu persatu orang atau pasangan yang ada di mansion. Naomi mencatat satu persatu nama dan menginterview sedikit tentang mereka didalam buku catatan kecil miliknya. Begitu banyak. Mereka semua mengaku sebagai anak Mrs. Michele, Naomi jadi tak paham.
Generasi pertama keluarga Michele yang ditemui Naomi rerata berusia tiga puluh hingga empat puluh an. Mereka semua mengaku sebagai anak. Totalnya sekitar dua puluh tiga dan belum semua hadir disana. Apakah Mrs. Michele mengangkat mereka sebagai anak ketika muda? Tapi lebih dari dua puluh orang! Sepertinya Mrs. Michele begitu menyukai anak-anak. Apakah karena dia seorang transgender? Tak bisa punya anak, makanya begitu terobsesi memiliki anak. Tapi dua puluhan itu bukannya berlebihan jika dikatakan sebuah obsesi? Naomi berpikir keras mencoba menemukan jawaban. Nihil. Tak ada yang didapatnya. Dia akan bertanya langsung kepada Mrs. Michele nanti tentang hal itu, kenapa dia mengangkat anak begitu banyak.
Generasi kedua keluarga Michele jumlahnya bahkan lebih fantastis, delapan puluh delapan. Lalu generasi ketiga keluarga Michele berjumlah enam orang masih balita. Ini keluarga besar. Tapi jika Mrs. Michele adalah seorang transgender, berarti mereka semua adalah anak angkat. Mrs. Michele tak memiliki seorangpun pewaris nyata? Atau apakah Mrs. Michele memiliki saudara kandung yang memiliki anak kandung? Ah pusing sekali memikirkannya. Malu aku. Ternyata begitu banyak yang tidak kuketahui tentang beliau. Seharusnya aku meminta maaf dengan serius. Naomi berpikir serius.
Rasa penasaran itu begitu membahana isi kepalanya, tak tertahankan begitu Naomi menghadapi satu persatu anggota keluarga Michele. Terlebih ketika Andrea Michael, anak Mrs. Michele meminta Naomi menggendong Andrea Hofman Jr, anak Andrea Hofman Sr. Naomi begitu senang, ini pertama kalinya dia menggendong anak yang begitu lucu. Lalu dia sepintas memikirkan Sebastian dan Benjamin.
Butuh waktu berjam-jam hanya untuk mengelilingi generasi pertama keluarga Michele yang berjumlah dua puluh tiga yang ada disana, bahkan masih ada sekitar empat belas orang generasi pertama yang tidak hadir dipulau itu. Naomi menjadi mengerti mengapa mansion ini begitu besar. Ada begitu banyak keluarga dari generasi pertama. Bahkan generasi kedua pun ada dua orang yang sudah berkeluarga. Ada banyak juga dari generasi pertama yang belum memiliki pasangan sama sekali, seperti Sarah, Isabella, Lorreint dan Noah yang lainnya.
Naomi sudah mencatat mereka semua, tapi dia tak menjamin akan mengingat mereka dan istri-suami mereka. Terlalu banyak untuk diingat dalam satu hari. Terlalu banyak yang tidak dia ketahui. Betapa sekarang dia membodoh-bodohkan dirinya sendiri. Merasa bahwa kredibilitasnya sebagai seorang jurnalis lenyap seketika. Seandainya dia tak pernah menerbitkan berita itu. Tapi apakah dia akan mempunyai kesempatan seperti ini jika tak pernah menerbitkannya?