Siang menderik itu dihabiskan Naomi dalam pikiran yang kusut. Mencoba mendengar ulang berkali-kali. Dalam satu narasi cerita saja begitu banyak rahasia yang tak pernah terekspos ke publik. Bahkan Michele sama sekali tak menapik sama sekali bahwa dirinya seorang transgender. Dia adalah seorang anak laki-laki China yang mengalami banyak penderitaan hidup diusia dini. Malahan Naomi menjadi kagum kepada Michele, tak pernah ditemuinya seseorang sekuat dia. Mengingat-ingat masalahnya sekarang, mencintai dua pria, berkonflik dengan Mrs. Stan sama sekali tak ada apa apanya.
Semakin diputarnya, semakin emosinya bergejolak. Betapa tega remaja-remaja itu menodai lelaki polos empat tahun lebih muda dari mereka. Aarrrrrgh!!! Naomi benar-benar kesal jika membayangkannya. Bahkan rasanya jika dia bertemu salah satu dari mereka, dia akan mengamuk sehebat mungkin, memburu para maniak gila itu sampai keujung dunia. Ya dia akan melakukannya. Mencabik mereka lalu mencincang mereka lalu dagingnya diberikan kepada anjing liar.
Pasti ada dendam yang tersimpan begitu dalam didirinya Michele. Aku tak bisa membayangkan bertahun-tahun dibully, tanpa seorang teman, oh God. Betapa busuk mereka! Siapa sih? Jika mereka menjadi elite politik sekarang, sumpah akan kuserang habis-habisan dimedia. Naomi menjadi jadi, kesalnya tak dibuat-buat. Lalu dijadikan bahan pelecehan seksual? Menjijikan, sumpah menjijikan. Jika ini kuterbitkan, mereka diluar sana pasti akan mencari sosok-sosok itu. Tapi aku tak mau melakukannya tanpa izin Michele kali ini. Tak akan.
Perasaan kesal masih menjalari tubuhnya, dia punya banyak pertanyaan. Dia tak sabar menunggu malam datang untuk mendengar kelanjutan cerita itu. Tapi sekarang masih jam tiga sore, mungkin lebih baik dia melakukan sedikit sosialisasi kepada para anggota keluarga yang terlihat. Naomi keluar dari kamarnya dengan pakaian tipis, cuaca begitu panas. Lalu seseorang menawarinya buah kepala muda, cepat saja Naomi tak menolak.
“Ehm, Mr. Taylor kan?” Naomi masih mencoba mengingat nama setiap anggota keluarga Michele.
“Douglass Taylor.” Pria berkacamata tinggi itu membenarkan, lalu memberikan kelapa muda yang telah dikupas.
“Jadi nona Naomi, apakah kau sudah menikah?”
“Ah.” Dia tak menyangka akan ditanya begitu.
“Banyak saudaraku yang belum menikah kalau nona mau satu.” Ucapnya tertawa sambil menggoda Naomi, istrinya ikut tertawa.
“Abaikan saja, dia emang suka gila.” Jawab istrinya, Alexandria. Dia menganyami rambut anaknya menjadi kriting.
“Mr. Taylor, boleh aku bertanya serius?” Naomi tiba-tiba serius.
“Tentu saja.”
“Aku masih tak paham. Ibumu bilang bahwa suaminya lebih dari satu. Aku bertemu keduanya, Mr. Sakti dan Mr. Yaman.” Ucap Naomi pelan, “mereka tak berpisah satu sama lain?”
“Tentu saja! Ibuku mencintai banyak pria nona, ayahku salah satunya.”
“Siapa ayahmu? Mr. Sakti atau Yaman?”
Douglass tertawa, “apakah aku mirip salah satunya?”
“Tidak sama sekali! Mr. Yaman begitu timur tengah, sedangkan Mr. Sakti”
“Asia ya.” Douglass menyambar, “ayahku bukan keduanya, pria yang lain.”
Naomi sedikit shock, “Tiga suami?”
Douglass hanya mengangguk tak memberikan penjelasan lebih lanjut. Mendengar jawabannya yang begitu tenang, Naomi berpikir bahwa itu sepertinya tak mengejutkan sama sekali. Apakah dia menerima hal itu? Apakah mereka menerima satu sama lain? Lalu jika Michele transgender, bagaimana hubungan Douglass dengan Michele? Apakah hanya dari pernikahan Michele dengan ayahnya? Naomi kebingungan, menemukan fakta bahwa Michele memiliki tiga suami tanpa menceraikan satupun suami yang lain saja sudah membuatnya mabuk.
Makan malam yang sangat hangat, duduk dimeja besar panjang sebagai keluarga. Naomi sangat menikmatinya, hatinya begitu bahagia. Terlebih habis ini dia akan mendengarkan cerita lanjutan dari Michele. Dia sungguh tak sabar. Naomi duduk diruangan besar ditengah ruangan, Methaa menawarinya untuk menghirup teh terbaik dipulau itu. Ruangan ini begitu mewah, tiangnya saja sebesar ini.
Michele berjalan masuk sambil berjalan bersama ketiga cucunya yang menggemaskan. Naomi spontan berdiri, salah satu cucunya memeluki Naomi.
“Miss, kau begitu cantik, sama seperti ibuku dulu.” Komen gadis kecil itu.
“Owh, terima kasih. Kau juga sangat cantik, siapa namamu?”
“Ariana.” Jawabnya, “maukah kau menjadi ibuku?” Naomi terbelalak tertawa kecil.
“Sudah, sudah jangan menganggunya. Main sana bersama kakek.” Mereka bertiga langsung berhamburan memeluk Yaman.