“Tunggu, mam!” Naomi menyetopi Michele bicara, raut wajahnya tak karuan, “aku tak mengerti.”
“Apa yang tak kau mengerti?”
“Dari ceritamu sampai sini, kau memiliki tiga suami. Seolah kau benar-benar menikmatinya. Yang tak kupahami, ini semua apakah dorongan saat kau masih bersama Rashid atau kau terjun ke dunia homosexual karena trauma perundungan sewaktu sekolah di asrama?”
“Pertanyaan bagus, jujur saja nona. Aku tak paham sampai sekarang mengapa aku melakukannya. Apakah karena aku menikmati hubungan sesama jenis bersama Rashid, atau traumatis perundungan. Tapi yang kutahu, aku mencintai semua suamiku.”
“Okey, aku masih tak bisa memahaminya. Akan kucoba merenungkannya.” Naomi mencoba meyakinkan dirinya sendiri, “tapi mam, apakah kau menikmati berhubungan dengan banyak pria? Maksudku, kau mungkin menikmati tapi bagaimana dari perspektif para suamimu?”
“Bagaimana ini sayangku?” Michele memegang perut Rashk, “kau yang harus menjawabnya.”
“Begini nona, awalnya semua tak terima saat mengetahui istrimu memiliki suami lebih dari kita. Memikirkan seseorang menyentuh istriku saja aku kesal. Tapi cintaku saat itu lebih besar dari marahku, tak ada yang bisa kulakukan selain menerima. Istriku bahagia melakukannya, aku bahagia jika istriku bahagia.” Rashk menjelaskan dengan datar, dia lalu melihat Michele lalu mereka berciuman.
“Kurasa cinta mereka kepadaku bukan karena sesuatu. Aku juga sebenarnya bingung nona Naomi. Maksudku bagaimana mereka bisa menerima satu pasangannya memiliki pasangannya yang lain. Semua akan kau pahami begitu cerita sampai akhir.” Michele lanjut menjelaskan tanpa celah.
“Baiklah, satu hal lagi mam yang mengganggu pikiranku.”
“Apa itu?”
“Anakmu begitu banyak, mereka mengaku semuanya anak kandung. Aku tak paham, tidak ada teknologi yang bisa membuat seorang transgender hamil. Bagaimana bisa?”
“Oh hahahaha.” Michele terkekeh terbahak-bahak, “nona, mereka memang anakku, tapi tidak dariku. Beberapa suamiku memiliki hubungan dengan wanita sebelumnya, lalu mereka bercerai. Suamiku membawa anaknya. Atau beberapa suamiku melakukan perselingkuhan, hasil dari perselingkuhan itu ditaruh tepat didepan pintu rumahku. Dan banyak lainnya.”
“Ohhhhhh, begitu!” Naomi menjadi sedikit malu, seharusnya aku memikirkan kemungkinan itu.
“Apa ada yang masih menganggu pikiranmu?”
“Tidak ada mam, aku lebih penasaran dengan kisahmu selanjutnya.”
“Baiklah kalau begitu.”
Michele
Aku sekarang memiliki tiga suami yang tampan luar biasa dan sangat hebat diranjang. Tentu saja kategori hebat dalam bercinta menjadi kategori utamaku dalam memilih laki-laki. Sebab Rashid memberiku kepuasan yang tiada tara saat kami masih berhubungan dari 2004 hingga 2011. Tapi definisi dan latar belakang cinta itu lebih kuat dalam mengarungi perjalanan cinta.
Aku yang memiliki tiga suami menjadi lebih sibuk dari sebelumnya, jadwal seminggu Sakti, seminggu Rashk yang kuterapkan sebelumnya tak bisa kuterapkan sekarang. Jika satu suami satu minggu, akan membutuhkan siklus dua minggu untuk bertemu kembali. Mereka yang biasa bertemu seminggu full lalu seminggu depannya tak bertemu, sering menggerutu. Aku harus mengubah polanya, aku tak mau mereka menjadi curiga satu sama lain.
Jadi aku mengubah polanya sedemikian rupa, membuat alasan yang terlihat masuk akal. Lima hari satu suami, sekarang semua harus sinkron dengan urusan bisnis keluargaku. Aku juga harus mengurus bisnis keluarga Rashk. Dalam proses mengenang Rashid seumur hidup, aku selalu menyempatkan tiap bulan ke Dubai, baik itu saat bersama Sakti, Rashk maupun William untuk ziarah kemakamnya.
Aku selalu melakukannya sendirian, ditanggal yang sama dengan hari kematian Rashid. Gegara hal itu, aku menjadi sedemikian sering bertemu dengan adiknya, Hamdan, yang terkadang juga mengunjungi makam Rashid di hari Jum’at.
Melihat Hamdan yang mirip Rashid membuatku terkadang jadi semakin memikirkan tentang Rashid, dan itu tidak menyenangkan sama sekali. Aku berusaha menghindarinya ketika bertemu dihari yang sama, tapi Hamdan selalu berusaha untuk dekat denganku. Tentu saja dia mencoba mencari ilmu ekonomi dariku, pikirku. Aku yang sangat jenius ini, menjadi incaran banyak pemerintahan untuk diajak bekerja sama. Aku juga terkadang tak bisa selalu menolak ajakannya untuk sekadar makan malam bersama bersama menteri-menteri yang rata-rata diisi oleh keluarganya. Sebagai putra mahkota yang baru, Hamdan memiliki gaya kepemimpinan yang sangat merakyat.
Tapi jujur, aku selalu baper saat bersama Hamdan. Aku jadi mudah tersinggung dalam banyak hal, entahlah aku juga tak paham kenapa. Aku jadi lebih sering marah-marah melihatnya yang suka menyapa kalangan perempuan Dubai karena statusnya yang masih single diusia tiga puluh empat tahun. Aku sedikit curiga waktu itu, pria sehat, tampan dengan fisik yang sangat oke, dengan tahta didepannya dan bergelimang harta tapi masih berstatus single? Aku memiliki pikiran untuknya dengan dua kemungkinan. Image baiknya dijaga begitu ketat, tapi dibelakang dia seorang playboy kelas kakap. Karena tak mungkin seorang pria dewasa sehat mampu tak mengeluarkan hasrat seksualnya. Kecuali jika masa mudanya sudah terlalu sering ‘bermain’ atau jika tidak, dia seorang gay.
Hanya saja memikirkannya membuatku tak nyaman, Hamdan terlalu macho untuk menjadi seseorang yang belok, begitu pikirku. Namun semakin kupikirkan, semakin aku menjadi penasaran. Suatu saat ketika kami bertemu, aku ingin melakukan beberapa penelitian kepadanya. Pertama aku ajak dia ke pesta ‘orang-orang kaya’ di Hongkong. Dari hasil penelitianku, Hamdan terlalu kaku. Tak mungkin orang seperti ini menjadi playboy, apa mungkin dia sama seperti kakaknya? Hal kedua juga tidak mungkin, Hamdan begitu popular dikalangan perempuan di Dubai. Hampir semua wanita di Dubai mencoba menarik hatinya.
Disaat semua kemungkinan terlihat tak memenuhi persyaratan. Hamdan sendiri yang membongkarnya. Aku memergokinya sedang bermasturbasi sambil menonton film dewasa, saat kutegur dia panik sendiri hingga headset yang dipakainya terlepas dari audio jack ponselnya. Untung saja saat itu hanya ada aku dan dia berdua. Suaranya menggema. Aku sedikit heran, sepertinya aku mengenali suara aktor dewasa yang sedang berteriak keenakan itu.
Itu suaraku. Oh My God! Saat kupaksa untuk melihat, benar saja. Itu video yang kurekam saat pertama kali bercinta dengan Rashid. Saat itu aku menggunakan kamera milik Rashid untuk merekamnya. Tentu saja, setelah meninggal. Semua barang Rashid menjadi milik Hamdan. Lalu kuperiksa semua isi video ponselnya. Benar saja, semua rekaman dari kamera yang sama saat aku bercinta dengan Rashid. Aku sempat marah kepadanya, dia juga sempat meminta maaf. Bukan itu yang kupermasalahkan, bagaimana jika video itu tersebar? Rashid sudah tenang, jangan dibuat kasus tak senonoh tentang hal itu. Tentu saja, Hamdan si dungu tak kepikiran sampai sana. Aku mengambil ponselnya, kuhapus satu persatu kumpulan video itu. Tapi tanganku tak tega, ini kenanganku bersama Rashid.