“Wow! Aku sungguh takjub, mam.” Naomi memandang Michele dengan mata terbuka lebar, “jadi suamimu ada enam sekarang? Bersama Mr. Yaman?”
“Hahaha, aku tak dapat menjawabnya nona, karena memang tak bisa kujawab.” Michele tertawa, “setelah kau mengetahui aku begitu mudahnya jatuh cinta dan menikah, apakah kau menganggapku seorang pelacur jalang?”
“Tidak, tidak. Tentu saja tidak mam!”
“Kenapa tidak?” Tanya Michele serius, “karena aku merasa seperti seraong pelacur jalang sekarang.”
Naomi melototi Michele, lalu Michele, Rashk, Hamdan dan William tertawa. Naomi ikut tertawa.
"Aku bercanda nona,” Michele menepuk pundak Naomi dengan pelan, “tapi jujur saja, banyak orang disana akan berpikir aku adalah seorang jalang yang beruntung.”
Naomi tak mengomentari apapun. Dia hanya menyimak perkataan Michele dengan seksama.
“Seorang lelaki homosexual yang memiliki banyak suami sekaligus, itu sebuah streotip menyebalkan bahkan diantara kalanganku sendiri. Sebagian mereka tak percaya, sebagian mereka menganggapku gila penis. Oh aku memang gila itu. Hahaha. Tapi mereka tak mengerti perasaan yang kualami. Aku memang mencintai banyak pria. Seharusnya mereka bertanya, Bagaimana caraku mempertahankan semuanya begitu sempurna?”
“Benar sekali!” Naomi menimpali cepat, “lalu bagaimana caramu mempertahankan semuanya, maksudku mempertahankan semua suamimu tetap berada didekatmu?”
“Kau percaya pada takdir kan Naomi?”
“Tentu saja, aku sudah sampaikan sebelumnya.”
“Kalau begitu, kau percaya sebuah keajaiban? Kau percaya sebuah kekuatan yang diluar masuk akal mempengaruhi banyak hal?”
“Well, aku tak mengerti maksudnya apa itu, mam. Tapi jika kau bermaksud seperti kekuatan para nabi dikisah-kisah kuno. Aku akan sulit memahaminya.”
“Sudah kuduga.”
“Apa hubungannya dengan semua ini?”
“Tak bisa kuceritakan sekarang, tapi ketika menuju akhir cerita kisahku. Aku berjanji akan menceritakan pengalaman spiritualku, terserah kau mau percaya atau tidak.” Michele menjelaskan tanpa cacat.
“Baiklah, mam. Aku akan menunggu sampai cerita itu datang.”
“Sudah begitu larut, sebaiknya kita beristirahat.” Michele mengajak tidur, “ah nona Naomi!”
“Ya, mam?” Naomi berdiri cepat.
“Berhubung hanya kita berdua wanita disini, kau mau menemaniku tidur?” Tanya Michele sedikit memohon.
“Bagaimana dengan suamimu?”
“Jangan pikirkan mereka, ada ribuan kamar mewah dikapal ini. Kurasa mereka tak akan keberatan istri tua renta mereka meminta untuk tidur bersama wanita yang lebih muda.” Michele tersenyum, “bukan begitu suamiku?”
Hamdan mengangguk pelan, “terserah kau saja sayangku. Aku bisa menikmati langit malam ini tanpa harus mendengar gerutuan tidurmu.”
Michele memukul suaminya dengan tendangan lembut, “kau mau ku pukul lebih keras?”
Hamdan mencium pipi Michele, lalu Naomi dan wanita tua itu berjalan menuju kamar terbesar yang ada dikamar itu. Malam menunjukkan pukul sembilan malam.
“Nona, boleh aku melihat foto pacarmu?”
“Tentu saja.” Naomi membuka ponselnya lalu mencari fotonya selfie bersama Sebastian, foto mereka berdua.