“Jadi mereka tak menerima sama sekali, mam?” Tanya Naomi pekat, mereka cukup lama berdiam ketika pesawat Boeing itu menghantam awan-awan hitam dan mengalami getaran hebat. Michele mengawasi pekat kepada Naomi.
“Kita tak akan jatuh, semakin bergetar hebat sebuah pesawat, semakin kokoh sebuah pesawat.” Michele memberitahu Naomi yang kemudian mengangguk pelan, “tentu saja, keluargaku terang-terangan menolakku. Ayahku begitu kecewa ketika mengonfirmasi langsung dariku. Selama setahun itu aku tak bertemu atau menolak bertemu kepada mereka dengan alasan sibuk mengurus bisnis startup yang kumulai.”
“Bagaimana dengan ibumu?” Naomi spontan bertanya, “oh dia cukup kecewa, aku anak putra kesayangannya tapi dia tak bisa berbuat banyak. Hal itu sebuah aib yang tak boleh keluar sama sekali dari keluarga besar Xu, jadi mereka menutup-nutupinya. Ayahku yang begitu keras menegaskan kepadaku, jangan pernah mengaku keluarga Xu lagi didepan publik.”
“Kau menyetujui hal itu?”
“Tentu saja. Aku sudah membuat pilihanku sendiri. Ini hidupuku, aku yang menjalaninya bukan mereka. Mereka tak berhak sama sekali. Walau aku kehilangan warisku dari daftar keluarga. Kakakku tak begitu jahat, bertahun-tahun setelahnya aku masih mendapatkan uang darinya. Walau aku tak butuh sama sekali. Dengan kecerdasan, koneksi dan semua yang telah kumiliki, aku bisa membangun armada bisnis yang baru.” Michele berbicara pelan, “aku menikmati semuanya. Dalam lima tahun, aku mengalahkan perusahaan keluargaku. Mereka tertinggal cukup jauh dari deretan orang paling kaya didunia. Tapi mereka tetap tak menerimaku, tidak hingga benar-benar lama waktu berlalu.”
Michele berlinang cukup sedih, “membutuhkan waktu dua puluh tahun bagi mereka untuk menerimaku kembali. Saat itu aku sudah menjadi orang paling kaya didunia, dan aku sudah sangat berumur, dikepala limaku. Tapi aku besyukur, aku masih bisa mencium kaki ayah dan ibuku sebelum mereka meninggal dunia diusia delapan puluhan, usia yang sangat senja,
“Syukurlah,” Naomi ikut berlinang lalu teringat ibunya.
“Keluarga adalah nomor satu dalam hidup selain Tuhan, jangan pernah tinggalkan mereka. Restu ayah-ibu adalah kebahagiaan kita. Jangan sesekali membuat mereka menangis.” Michele menasehati, “aku melakukan kesalahan yang cukup fatal, dan butuh waktu lama untuk berdamai.”
Naomi mengangguk pelan, Michele menepuk bahunya. “Kita akan ke London, kudengar ibumu tinggal disana bukan?”
“Benar sekali, mam. Kurasa aku sudah cukup lama meninggalkannya.”
“Kalau begitu, ajak dia bersamamu. Jangan sampai menyesal. Kami para orang tua selalu mengatakan tidak, tapi hati kami selalu berlawanan arah.” Michele menasehati, “kudengar kau berulang tahun bulan Februari nona, benarkah itu?”
Naomi menatap tajam, karena semua ID yang dimilikinya tertulis bulan Juli 2020, tapi sebenarnya dia lahir bulan Februari 2020, ibunya membuatnya lebih muda untuk beberapa alasan, “bagaimana kau tahu mam?”
“Aku wanita terkaya sedunia, aku melakukan riset tentunya.” Michele menggoda Naomi sambil mencubitinya pelan.
“Ah tentu saja.”
“Kita masih memiliki perjalanan yang cukup panjang, bersediakah kau mendengarkan cerita lanjutanku?”
“Tentu saja, mam!” Naomi bersemangat tak sengaja menepuk sofa yang mereka duduki.
“Kau punya pertanyaan sebelumnya?”
“Bagaimana nasib Navek setelahnya?”
“Oh dia tak diterima kesembilan suamiku untuk waktu yang cukup lama, tapi aku selalu ada untuknya.”
“Baiklah, mam aku mengerti. Ada satu pertanyaan lagi yang ingin kutanyakan.” Naomi melihat kemata bulat milik Michele, kerutan dahinya sedikit. Michele memberikan isyarat untuk melanjutkan, “bisa kau beritahu aku siapa anak siapa dari suamimu? Aku sangat ingin tahu.”
“Tentu saja. Kalau begitu akan kuberikan skema keluargaku.”
“Terima kasih, mam.” Naomi menatapnya, seolah memberitahu kepada Michele, Kapan?
“Secepatnya.” Michele segera menanggapi.
Michele
Navek tak diterima sama sekali oleh kesembilan suamiku. Mereka membenci Navek yang mendapatkan sedikit ‘keistimewaan’ dariku. Mereka terang-terangan membencinya, mereka selalu mencari cara untuk menjatuhkan Navek atau sekadar menjebaknya dalam situasi yang sulit. Namun Navek selalu bertahan, aku yang memberikan dorongan kuat kepadanya.
Ada saja masalah yang mereka timbulkan untuk membuat Navek menjauh dengan sendirinya, seringkali mereka membawa isu ‘ketidakmampuan’ Navek secara keuangan, dan ketidakmapanannya. Jadi aku mengambil inisitif untuk membuatkan Navek sebuah bisnis perbengkelan yang besar, timku akan mengaturnya. Dia hanya cukup duduk sebagai CEO dan menikmati jabatan baru yang kuberikan. Tapi dia menolaknya, dia bilang perusahaan itu akan bangkrut jika dia kelola sekarang yang tak memilili skill bisnis apapun. Dia meyakinkanku untuk selalu berada disisiku saja sudah cukup, sambil belajar langsung dariku mengenai bisnis.
Aku tak dapat berbuat banyak, dengan kelembutannya menghadapiku, aku selalu luluh dengan Navek. Saat itu aku belum menikahi Christian maupun Navek. Tapi suami-suamiku sudah memberikan ultimatum kepadaku. Aku tak boleh memiliki suami lebih dari ini. Pengaturan waktu suami bersepuluh saja sudah sulit, jika lebih akan lebih sulit.