Michele : Richest Woman in the World

Razza
Chapter #19

LONDON'S VIBES

Mereka berpisah jalan setibanya mendarat di Bandara Internasional Heathrow. Michele mengatakan bahwa dia memiliki urusan penting satu dua hari kedepan, Naomi bisa mengunjungi ibunya terlebih dahulu atau sekadar berlibur bersama dengan pacar kesayangannya, Sebastian.

“Hey apa yang akan kita lakukan?” Tanya Sebastian menggoda, “wanita terkaya didunia meninggalkan kita begitu saja, padahal kita kemari mengikutinya.”

“Kau mau melakukan apa? Aku sungguh ingin berkunjung ke sekolah kita dulu bertemu.” Naomi membalas Sebastian manja, sambil memegang perut pria itu.

“Ah aku lupa bahwa kita sudah bertemu dari SMA, aku ingat kau mengejar-ngejarku waktu itu. Aku pria yang sangat popular.”

“Kau bercanda!?” Naomi mengelitik Sebastian, “kau dulu yang menebar pesona kepadaku, lalu mengejar-ngejarku.”

“Begitukah? Aku lupa.” Sebastian mencium Naomi didalam kabin taksi, sopir hanya memperhatikan dari balik kaca spion.

“Oh aku kangen London, aku meninggalkan London saat kita tamat sekolah. Dan kau menyusulku begitu saja.” Naomi menciumi Sebastian, lagi dan lagi.

“Kau ingat dulu kita pernah memecahkan kaca rumah Mr. Jimmy hanya gegara dia memergoki kita disekolah menghisap ganja.”

“Oh! Aku tak ingat itu!” Naomi mengelak, “kau yakin itu bersamaku?”

"Jangan pura-pura lupa, kita dulu sangat nakal.” Sebastian menciumi leher Naomi.

“Hey jangan disini.” Naomi melihat kearah sopir yang sudah merasa risih dengan tindakan mereka. “Maafkan kami pak.”

Sebastian meminta maaf juga kepada sopir taksi dengan tertawa, Naomi dan dia hanya memandangi jalanan disekitar, jalan menuju rumah ibunya. Oh Naomi sungguh kangen, dia sudah menghubungi ibunya. Ibunya begitu senang dengan kehadirannya, namun ibunya memberikan kabar bahwa mereka tak akan bertemu hingga malam. Ibunya ada janji bertemu dengan seorang teman lama.

Naomi ingat rumah diujung sana, rumah Mr. Tusball yang selalu menceramahinya ketika pulang sekolah. Atau rumah tinggi itu yang memiliki anjing yang selalu menggonggong ketika dia lewat. Begitu banyak kenangan disini. Dia meninggalkan London begitu lulus sekolah dan melanjutkan study hingga bekerja di Amerika. Sebastian hanya mengikutinya, sepasang kekasih. Hanya saja Sebastian memang orang Amerika yang sekolah di Inggris.

“Mom?” Naomi berteriak, membiarkan Sebastian yang mengurusi barang bawaan mereka dari taksi, “mom!?”

Naomi berulang kali memanggil ibunya, tapi tak ada jawaban. Dia lalu mengambil kunci dari balik tanaman dipot disamping rumah. Dia mengamati rumah tua itu, rumah masa kecilnya sebagai seorang yatim. Tak ada sedikitpun yang berubah, ibunya yang sudah kepala enam tak mengubah apapun dari dekorasi rumah.

“Hey Seb, ibu tak ada dirumah. Bisa kau bawa kopernya keatas, kekamarku? Kau masih ingat kan dimana kamarku?”

Sebastian meringgis, “tentu saja, kamar yang selalu kumasuki dari lantai dua.” Dia tertawa, Naomi ikut tertawa.

Naomi mengelilingi rumah itu, memandangi foto-fotonya dan ibunya, tak ada sama sekali foto tentang ayahnya yang meninggal ketika Naomi masih kecil. Memang dia tak ingat sosok ayah manapun yang ada bersama mereka, ibunya memilih tak menikah atau berhubungan serius dengan pria manapun setelah melahirkan dan membesarkan Naomi sebagai ibu tunggal.

Dia mengambil asbak rokok yang ditaruh diatas perapian, ini milik Sebastian. Dulu dia meninggalkannya dikamar Naomi. Sepertinya ibunya sudah banyak membongkar isi kamar Naomi ketika dia tak ada disana lagi.

“Lihat ini!”

NOOOOO WAAAYYYYY!’ Ucap Sebastian tak percaya. “Seriously? After all these time?”

“Ini asbak ketika aku menangis dan kau masuk kekamarku, kita merokok sepanjang malam.” Naomi mencoba mengingatnya, “oh kita sudah lama sekali pacaran.”

Sebastian mengangguk, “hanya kita berdua disini? Ibumu belum pulang?”

“Benar sekali.” Naomi mengerti apa yang dimaksudkan pacarnya itu, dia memegang kerah Sebastian, menggodanya, “kau suka ini?”

Sebastian hanya diam, Naomi menarik ikat pinggang Sebastian, membuka celananya dan kemejanya. Dia menindih pria itu, “kau suka ini?”

Lalu Naomi menduduki perut Sebastian yang membentuk otot yang sangat kuat, dia meraba-raba ABS pria itu.

“Ehem.” Sebastian berdehem, tanda suka. Dia lalu melucuti pakaian Naomi, dan mereka bercinta setelahnya sampai malam.

***

Mereka makan malam bersama, ibu Naomi, Mrs Lang menyambut mereka berdua. Naomi bahkan memeluk ibunya lebih dari sepuluh menit. Ibu Naomi begitu hangat, dia juga sangat menyukai Sebastian yang selalu menjaga Naomi di Amerika.

"Maaf aku jarang mengunjungi, bu.” Naomi meminta maaf, kembali teringat ingat perkataan Michele sebelumnya.

“Ibu bahagia sekali hari ini.” Mrs. Lang tak dapat menahan luapan bahagianya, “ibu bertemu dengan anak kesayangan ibu. Ibu juga bisa bertemu seorang teman lama. Ibu pikir dia sudah lama mati.”

“Oh, kenapa begitu Mrs, Lang?” Tanya Sebastian.

Mrs. Lang menepuk tangan Sebastian. “Panggil aku ibu!. Jangan dipikirkan, kalian makanlah yang banyak. Ibu sungguh senang melihat kalian berdua.”

“Ibu bertemu dengan siapa tadi?” Tanya Naomi, dia pun penasaran. Seumur hidup dia tak pernah melihat ibunya begini.

“Sudahlah jangan dipikirkan, bagaimana keadaanmu di Amerika?” Tanya Mrs. Lang cepat, “kapan kalian berencana memiliki anak?”

Sebastian dan Naomi kelabakan sendiri dicerca pertanyaan itu, “ehem, aku tak tahu itu keputusan Naomi.” Sebastian mengoper kepada Naomi.

“Secepatnya, bu.”

“Kau ingin ibu mati tanpa menimang cucu?” Ucap ibu Naomi.

“Kudengar ada perayaan di pusat kota malam ini, parade?” Tanya Naomi mengalihkan pembicaraan ibunya.

Lihat selengkapnya