Masih tak percaya dengan cerita Michele sebelumnya, Naomi gelisah tak tentu arah memikirkan kebenarannya. Biasanya dia akan mencari nara sumber yang kredibel untuk membuktikannya tapi dalam kasus ini sangat sulit, karena hanya keluarganya yang menjadi saksi, itupun hanya empat orang, Michele mengklaim telah membuat pingsan mereka saat itu. Ah bodoh amatlah, akan kuanggap cerita ini sebagai hiburan semata.
Dia juga sudah berjanji kepada Michele untuk menemaninya besok, disanalah dia sekarang mencoba berdamai dengan ibunya sendiri. Mereka duduk dalam diam, ibunya merasa bersalah telah merahasiakan hal itu sekian lamanya, tapi Naomi lama kelamaan tak tega melihat ibunya yang meringis sedih, dipeluk ibunya dengan erat dan Naomi memaafkannya. Malamnya mereka makan malam bersama hanya berdua, Naomi meminta maaf juga kepada ibunya yang harus mengalami penghinaan seperti kemarin-kemarin.
"Aku minta maaf ibu harus mengalaminya," dengan cukup sedih meyakinkan Naomi memeluk ibunya, mereka seperti sedang beradegan drama.
"Jangan meminta maaf, ini kesalahan ibu. Tak seharusnya ibu merahasiakan hal itu." Mrs. Lang membalas lembut.
"Tapi tetap saja, wanita-jalang-itu tak seharusnya begitu. Dia tak memiliki andil sama sekali dalam urusan percintaanku dengan anaknya!" Naomi membalas kesal, sambil memutarkan bola matanya.
"Lalu bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Sebastian? Dia pria yang baik, aku yakin dia akan menjadi suami dan ayah dari anakmu yang bertanggung jawab."
Naomi memandangi ibunya, dia belum memberitahu sama sekali kejadian dengan Benjamin, sehingga permasalahan Naomi-Sebastian bukan hanya sekadar ibunya yang tak merestui tapi sudah menjadi perselingkuhan bersama orang ketiga. Ibunya memandangi balik Naomi dengan tajam.
"Ibu sudah tahu, pria muda bernama Benjamin sudah menceritakannya kepada ibu kemarin." Naomi sangat terkejut, Ben kesini kemarin? "Ibu akan berterus terang, siapa diantara mereka yang lebih kau cintai? Apakah Sebastian yang sudah lama bersamamu saat masih sekolah, atau Benjamin yang baru kau kenal?"
Naomi tak dapat menjawab hal itu, karena memang dia tak bisa memilih diantara keduanya. Perasaannya sama besar pada mereka, Sebastian maupun Benjamin. Dan sejak ibunya menyebut nama Benjamin, dia jadi kepikiran pada pria itu. Dia tak mau kehilangan pria itu juga seperti dia kehilangan Sebastian yang sangat tampan dan disayanginya.
"Temuilah, ibu akan mengunjungimu di New York. Habiskan malam ini bersama Benjaminmu." Suruh ibu Naomi. Naomi memandangi mata ibunya, "sudahlah jangan drama, pergi saja. Ibu akan mengunjungimu di New York."
"Terima kasih bu," dia langsung bergegas setelah memeluk ibunya, mencium pipi kanan kiri ibunya.
***
Naomi memeluki Benjamin, tak ingin berjauhan darinya seinchi pun. Benjamin membalas kasih sayang Naomi dengan sesekali menciumi keningnya.
"Aku sungguh mencintaimu, " Benjamin mencium Naomi yang tidur disampingnya, kepala Naomi berada didada Benjamin.
"Aku juga mencintaimu, jangan pernah tinggalkan aku."
"Tak akan pernah."
Mereka menghabiskan waktu bersama sepanjang malam, membahas segala sesuatu bahkan ketika mereka pertama kali bertemu di gang sempit.
"Aku masih merasa heran kejadian kita bertemu, rumahmu terlalu jauh untuk berada disana, apa yang kau lakukan saat itu?" Tanya Naomi.
"Temanku sakit dan memintaku untuk menjenguknya, dia merasa sendirian. Kebetulan gedung apartemennya tak jauh dari sana."
"Itu tetap tak menjelaskan alasan mengapa kau ada di gang gelap itu!"
"Kebetulan saja, hati ini membawaku kelorong gelap itu lalu bertemu denganmu. Kukira takdir memang ingin mempertemukan kita." Benjamin mengucapkannya dengan lembut dan penuh romantisme, Naomi sedikit tersipu malu.
"Maksudmu kita ditakdirkan bertemu?" Tanya Naomi.
"Jika tidak, aku tak akan pergi kesana, bukan?"
"Tentu saja." Balas Naomi, "sungguh aku mencintaimu. Aku tak bisa menjelaskan mengapa aku bisa mencintai dua pria sekaligus, tapi aku sungguh mencintaimu."
"Aku juga, " Benjamin mencium bibir Naomi. "Kurasa kau harus tidur malam ini, besok kau pergi dengan wanita terkaya sedunia, kan?"
Noami mengangguk dalam dekapannya lalu mereka tidur begitu saja dalam pelukan masing-masing.
***
Michele meminta Naomi pergi dahulu pagi itu, menyuruh Yathan menemaninya pergi dengan beberapa bodyguard yang mengikuti mereka. Naomi cukup heran, Yathan terlihat seperti pria yang sangat kuat dengan otot besarnya. Tapi mengingat dia seorang aktor yang sedang dalam skandal besar, Naomi memakluminya. Tapi delapan bodyguard itu sepertinya sangat berlebihan.
Michele bilang bahwa dia akan menyusul secepatnya, ada urusan mendesak yang harus dia lakukan terlebih dahulu di London. Jadi Naomi berangkat bersama Yathan menggunakan Jet kecil lainnya milik keluarga Michele.
"Bagaimana skandalmu? Aku turut berduka," Naomi memulai pembicaraan didalam jet yang membosankan itu.
"Oh aku sudah menyelesaikannya, salah satu saudaraku yang mengirimkannya kepada media."
"Apa???" Naomi terkejut, "bagaimana bisa? Siapa yang melakukannya?"
"Aku juga tak menyangka, tapi dia melakukannya dengan sengaja."
"Siapa?"
"Kurasa kau akan tahu dengan sendirinya."
"Apa maksudnya itu?"
Yathan hanya menggeleng, Naomi tak enak untuk bertanya lebih lanjut.
"Daripada itu, bagaimana kau dengan Sebastian? Aku mendengar semuanya dari ayahku. Tentu saja ibuku menceritakannya." Yathan bertanya cepat, Naomi langsung gelagapan.
"Begitulah, kurasa dia tak ingin bertemu denganku lagi."
"Lalu Benjamin, kau sungguh mencintainya?"
"Sangat!" Balas Naomi singkat.
"Benjamin sungguh mencintaimu? Apa ada kemungkinan dia memang datang kedalam kehidupanmu untuk merusak hubunganmu dengan Sebastian?"
"Itu tuduhan yang sangat mengerikan!" Naomi berkata pedas, dengan nada yang sedikit goyah, lalu menenangkan diri. "Dia tak akan tega melakukan itu."