Dua hari yang lalu.
Benjamin Kuehnemund sedang menikmati masa-masa tuanya diatas kapal sembari memancing, masa-masa pensiun begini yang ada didalam pikirannya, hanya menghabiskan waktu untuk hobinya, lalu jika bosan dia akan kembali kepada istrinya, Michele.
Dia paling suka memancing ditengah laut dengan beberapa timnya, paling menantang katanya. Cuacanya, ikannya, semuanya. Kali ini dia sedang berada di laut Tengah yang bercuaca lebih hangat, bersama ketujuh awak kapalnya yang juga sangat suka memancing dilaut. Benjamin Kuehnemund sudah sebulanan berada dilaut itu, menikmati masa tuanya yang bahagia.
Dia menyantap ikan yang dibakarkan oleh koki kapalnya, dibalut keju dan saos kecap kesukaannya. Ketika baru saja akan menyantapnya, kapal berguncang keras ditengah siang. Sangat keras hingga dia terjatuh kelantai kapal bersamaan dengan semua benda yang ada, piring dan gelasnya pecah, makanan siap santapnya yang enak itu terkapar sia-sia. Lalu dua orang datang sempoyongan sambil memegang pinggiran pegangan dinding bilik kapal.
"Ada apa? Apa cuacanya tiba-tiba berubah dan ada ombak besar ditengah siang bolong dilautan yang tampak tenang ini?" Benjamin kesal, bukan tanpa alasan dia bicara begitu. Beberapa bulan lalu sang kapten kapal mendadak berbelok haluan tajam tanpa sebab. Membuat kapal oleng, ketika ditelusuri sang kapten tertidur pulas tak memegang kendali kapal.
"Bukan, tuan."
"Apa kapten tertidur lagi?"
"Bukan, ada seorang wanita tua yang tiba-tiba ada dikapal ini. Tak tahu darimana datangnya tuan. Dia mencarimu tuan."
Benjamin tampak mengerti apa yang dibicarakan dua orang ini. "Dimana dia sekarang?"
"Di dek kapal, tuan." Dua orang itu terlihat ketakutan, berbisik-bisik sepanjang jalan. "Sudah kubilang itu dewa laut!"
"Itu dugong, bodoh!"
Benjamin keluar dan turun, langsung menuju dek kapal. Dia bertemu wanita itu, sementara beberapa orang mengelilinginya sambil berucap-ucap dan berkomat-kamit doa. Tapi Benjamin segera memeluk wanita tua itu.
"Apa yang kalian lakukan? Ini istriku!" Benjamin berteriak kepada mereka, tapi dia mengerti ketakutan yang anak buahnya rasakan. Mereka sedang berada ditengah laut yang luas, tiba-tiba ada wanita yang tak pernah dilihat berdiri dikapal dengan guncangan kuat, membuat mereka takut. Terkesan seperti hantu atau dewa laut.
Michele mengikuti langkah Benjamin, suaminya kedalam ruangan. Ada kasur tidur yang terlihat berantakan dan tak terurus, kursi kayu dan beberapa alat lainnya. Benjamin mempersilahkan duduk Michele, dia tak mau.
"Kau membuat mereka takut jika datang seperti tadi, istriku yang cantik." Benjamin memeluki istrinya dari belakang, dia menciumi leher Michele.
"Hentikan, aku ingin bicara. Kau tak mengangkat telepon satelitku sama sekali! Aku ini istrimu atau pelacurmu!?"
"Tenang sayang. Maaf." Benjamin menghela nafas, "kurasa kau kesini repot-repot ingin bicara karena mengetahuinya bukan?"
"Kenapa kau melakukannya? Kau mendorong Ben Junior dalam persekongkolan itu!" Michele marah kepada suaminya, dia mengamuk memukuli Benjamin Sr., "kau tahu apa yang akan Noah lakukan? Aku berusaha meredam amarah anak itu! Kau justru mendorongnya!"
Benjamin memeluk istrinya sampai dia berhenti memukulinya. Lalu Benjamin mengajaknya duduk.
"Aku sungguh minta maaf. Aku tahu aku salah, tapi pada akhirnya aku yang mencoba menghentikan mereka. Kau tahu Noah sangat keras kepala dan Ben Junior sangat mudah dipengaruhinya."
"Aku tahu kau juga yang membongkar rencanaku! Membongkar siapa Naomi kepada Noah, Benju dan Mark! Aku hanya menceritakan semua niatku pada para suamiku! Sekarang aku yang harus membereskan semua ulahmu itu! Kau ingin cepat membunuhku!?" Michele masih mengamuk kepada Benjamin suaminya, dia memukuli suaminya sekuat mungkin.
"Aku sudah menebusnya, aku yang memberitahu Andrew dokumen itu, dokumen tentang racun yang dibeli Noah. Aku menghentikannya! Dia masih memiliki kasih sayang yang besar! Jika saja kau..."
"Jika aku apa!?" Michele masih marah.
Benjamin terduduk, matanya merah. "Entahlah aku sampai sekarang masih memikirkan Joseph. Dari sekian banyak anak-anak, kenapa kau tak bisa menyelamatkannya?"
"Oh Ben, suamiku. Jika aku menyelematkan Joseph, semua dari kita akan mati. Aku, kau, suami yang lain, anak-anak kita!" Michele agak mereda.
"Tapi kenapa harus Joseph yang mati mengorbankan diri!?" Benjamin mulai menangis, "aku tak bisa menerimanya. Aku memikirkannya setiap saat, dia selalu datang kemimpiku setiap malam. Kau tahu dia sangat menyayangi Ben Junior sebagai kakaknya."
"Maafkan aku tak bisa menyelamatkan Joseph, kau kira aku tak terluka!?" Michele ikut menangis, "aku yang membesarkannya! Aku yang memberinya makan! Kau kira aku tak memikirkannya setiap saat? Kau sungguh keji!"
Benjamin memeluki Michele, menenangkannya. Mereka terlibat drama masa lalu ketika Mario meledakan pesawat keluarga Michele dengan menyamar sebagai salah satu pelayan. Joseph Kuehnemund, anak Benjamin meninggal saat itu, tanpa meninggalkan jasad apapun, hangus terbakar dimakan ledakan dan jatuh bersama Mario ditengah laut Arab.
"Maafkan aku, aku melakukan kesalahan fatal. Tapi aku sudah memberitahu Benjamin Junior untuk keluar dan tak ikut ambil peran." Kata Benjamin senior, "kau tahu? Benjamin Junior dan Noami sudah terikat cinta, Benju tak dapat menahannya, dia ternyata mencintainya dari dalam hatinya." Benjamin berkata pelan sambil memeluki Michele.
"Aku tahu, tapi mereka berdua sedang patah hati sekarang." Michele membalas Benjamin, "sekarang apa yang akan terjadi? Katakan kepadaku Ben!"