“Hey karyawan baru! Kemari kau! Ngapain saja kau duduk-duduk disana?” Panggil Eggy cepat kepada seorang pria yang masih sangat muda, mungkin hanya dua puluh dua tahun.
Pemuda itu segera mendatangi arah suara, itu karyawan lama tetap dari restaurant tempat dia bekerja. Omar adalah karyawan baru salah satu restaurant di perkomplekan mall paling mewah dan megah didunia, mall yang dikatakan mall terbesar didunia, berada di Dubai, kota para orang kaya.
“Ada apa kak?” Tanya Omar polos sekali.
“Ngapain kau duduk melongo disana?” Tanya Eggy cepat.
“Ah!” Dia tak dapat membantah, sekarang masih jam belum buka mall, sedangkan dia tidak memiliki pekerjaan apapun lagi untuk dikerjakan.
“Sebentar lagi mall buka, ini musim liburan. Restaurant kita salah satu yang paling laris disini, kau harus bersiap-siap!” Suruh Eggy kepada Omar, dia kembali kebelakang lalu kembali kedepan lagi. Beberapa puluh karyawan lainnya sudah mulai berdiri berjaga rapi, berbaris.
Setelah manajer resto mengucapkan satu dua kata seperti biasanya, mereka berdiri rapi siap menyambut pelanggan lapar yang datang ke resto mereka. Pukul dua belas tepat, benar saja pelanggan mulai ramai dan mereka disibukkan dengan melayani para pelanggan yang begitu membludak. Untung saja pelayanan mereka begitu cepat dan professional, mereka sudah terbiasa bekerja dalam tekanan.
“Hey, kau dapat berapa tips dari pelanggan?” Mereka bertanya satu sama lain, sudah biasa ketika menjelang sore, keramaian pengunjung akan berkurang dan mereka akan saling membandingkan tips yang mereka dapatkan dari melayani pelanggan.
“Eggy berturut-turut mendapat tips paling besar dari pelanggan.”
“Wah hebat sekali dia!” Mereka masih berbisik-bisik.
“Wajar sana, lihat ketampanannya! Dia pelayan paling tampan di resto kita!”
“Tapi dia suka terlalu sombong dengan hal itu, kau-tahu-lah!”
“Benar!”
“Tapi memang enak sekali, tipsnya hari ini mencapai US 500 Dollar”
“Gila! Enak sekali!”
Omar masih mendengarkan mereka berbisik satu sama lain, dia hari ini tak mendapatkan tips berapapun dari pelanggan.
“Hey! Kau tak mendapat tips sama sekali?” Tanya Eggy tertawa kepada Omar.
Pemuda itu hanya mengangguk pelan.
“Wajar saja jika kau melayani pelanggan seperti tadi, kau tak akan mendapatkan tips apapun!”
“Lalu aku harus bagaimana, kak?”
“Pertama kau harus pintar memilih pelanggan, jangan salah pilih! Beberapa dari mereka itu banyak sekali yang pelit. Kau harus pintar memilih pelanggan yang baik dan kaya. Wajah mereka menjelaskan semuanya, yang mereka pakai juga menjelaskan semuanya. Tingkatan uang mereka bisa kau lihat dari cara mereka berpakaian.” Eggy menjelaskan sok pintar, Omar mendengarkan seksama.
“Oke kak, akan kucoba lain waktu.”
“Kedua, jika sudah mendapatkan pelanggan yang kaya, kau harus pintar-pintar melayani mereka, selalu pasang senyum dan pelayanan terbaik.”
“Tapi tadi aku selalu tersenyum, kak. Namun seorang pelanggan malah memberitahuku untuk tidak tersenyum kepadanya.” Omar memberitahu, Eggy memandangi wajah Omar dengan seksama, “kau kurang tampan.”
Omar cukup kesal mendengarnya, Eggy memberikan komentar pelan ,“tapi tak apalah. Coba kasih aku penilaian terhadap mereka.”
Lalu Omar memberikan penilaian orang-orang yang hilir mudik berjalan melewati resto mereka. Eggy hanya menggelengkan kepalanya, dia hampir tak setuju dengan semua penilaian Omar. Lalu dia mulai menujukkan satu persatu penilaiannya.
“Kau lihat wanita yang berbaju putih berbulu leher itu? Itu orang kaya! Lihat, pakaian itu bermerk, tasnya Channel, semua atribut yang dipakainya barang mahal. Orang seperti itu minimal bos perusahaan disini, yang seperti itu yang harus kau bujuk untuk makan disini, layani dia sepenuhnya lalu tips akan mengalir kepadamu!”
Omar mengangguk, “begitu ya. kak?”
“Kau lihat pemuda berjas hitam disana? Lihat pemuda itu, gayanya nge up sekali. Tapi itu tipe orang kere yang cuma gaya doang. Palingan dia juga pekerja seperti kita. Jika masuk resto, dia tak akan memberikanmu sedikitpun tips.” Eggy menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk orang, “lihat wanita tua itu, dari pakaiannya sangat lusuh, jangan pernah melayani pelanggan yang seperti itu!”
“Tapi kukira kita melayani semua pelanggan tanpa terkecuali, kak?” Tanya Omar polos, dia tak mengerti kenapa Eggy membeda-bedakan pelanggan seperti itu. “Aku pikir kita melayani semua orang tanpa membeda-bedakan mereka!?”
Eggy menepuk kepalanya dengan pelan, “jika begitu kau tak akan mendapatkan uang tips sama sekali! Aduh kenapa itu kepalamu? Apa kau habis tersantuk didinding?”
“Ah, tapi manajer bilang begitu, bahwa standar pelayanan kita harus begitu. Kita tak membeda-bedakan tamu dari uang, kita memberikan pelayan terbaik kepada setiap tamu. Jika tamu sudah merasa diberikan pelayanan terbaik, tamu pun akan menghargai kita.”
“Bagaimana cara orang memberikanmu tips jika mereka saja tak punya uang!?” Tanya Eggy cepat.