Middle East

Eureika Kezia Sakudu
Chapter #1

Marrakesh, Maroko-2010

Bayangan tokoh kartun Disney Aladdin yang seolah menjadi tour guide yang sedang berjalan di tengah bangunan dengan paduan Africa, Arab dan Prancis pada arsitekturnya mengingat kota ini pernah di kuasai Prancis paska perang Dunia I dan menjadi jalur pertemuan bangsa Arab dan Afrika. Anastikusuma seorang wanita asal Indonesia yang memutuskan resign setelah 5 tahun bekerja di sebuah perusahaan swasta agar dapat berkeliling dunia, tepat pada pukul 13.00 siang waktu Timur tengah, gadis 25 tahun ini berkeliling dengan rombongan tour travel untuk melihat setiap sudut bangunan, jalan serta orang-orang asli kota itu. Mungkin ini adalah kota yang membuat Anas terpanah dan tak hentinya dia berdecak kagum karena warna kesukaannya menjadi warna dominant pada gedung, hotel, rumah-rumah penduduk dan bangunan lainnya yang berdiri kokoh, sejauh mata memandang warna merah pada tembok yang terkena sinar matahari seolah menyala serta berkata "This is my color". 

Berjalan sepanjang hari mengitari 1/4 Kota Marrakesh membuat tubuh seolah mengatakan "ayo kita lanjutkan esok ", di dalam kamar penginapan yang kental dengan budaya Maroko Anas meletakan tubuhnya di atas kasur berwarna putih sambil menerawang jauh dalam keheningan kamar dengan cahaya bulan yang diam-diam masuk lewat renda jendela yang terbuat dari kain hasil tenunan penduduk asli Maroko dengan semua model motif yang di buat dengan perhitungan matematika. Anas menyadari bahwa banyak hal yang sukar untuk di lakukan hanya dengan embel-embel impian atau harapan yang sering di gaungkan oleh para manusia sukses, film serta buku-buku yang pernah coba di baca Anas. Akhirnya gadis dengan wajah oriental berkulit cokelat karamel dengan mata sayu itu tersenyum dalam kesendirian sambil bergumam "Siapa yang dapat memimpikan tidur nyenyak tanpa harus khwatir akan hari esok?. Banyak yang menginginkan itu menjadi sebuah kenyataan hemm.. ", Anas tahu benar bahwa dia adalah wanita dengan berbagai cerita yang menuntunnya menjadi seorang realistis, sehingga malam ini di akhiri dengan kesimpulan "realistis adalah pilihan yang tepat".

Hari ini Anas beserta rombongan tour mengunjungi Istana El-Badi yang telah di bangun dari tahun 1578 hingga 1603 dengan jumlah kamar mencapai 360 serta sejumlah ruang pavilion yang di buat mengelilingi halaman seluas 135x110 meter kurang lebih, itu adalah sekelumit penjelasan dari tour guide yang tertangkap oleh indra pendengaran Anas. Ketika ada kesempatan untuk dapat menjelajah tempat ini sendirian, yang terbersit di pikirannya adalah naik ke satu-satunya bagian dari bangunan istana EL-Badi yang masih terlihat utuh adalah menara istana.. Tentu saja sampai di atas sudah ada turis-turis lain yang memanjakan mata melihat ke indahan yang tak mungkin dapat di bawa pulang, Anas jadi salah satu dari bagian yang menikmati setiap desiran angin dan seluk beluk kota Marrakesh dari atas, namun tiba-tiba ada suara yang seolah tertuju padanya dengan hati-hati ia mencari sumber suara itu lalu di temukannya sosok pria dengan pakaian putih yang tersenyum sambil melambaikan tangan padanya, pelan-pelan pria tersebut mendekatinya namun Anas mematung karena bingung serta bertanya dalam hati apakah dia mengenal sosok pria yang sekarang hanya berjarak satu meter di depan Anas. Pria tersebut mengatakan "salam" yang memiliki arti "hai" lalu membuka percakapan dengan bahasa Inggris "Hello, my name Caden. Caden it's mean friends so can you be my friend? ". "Tunggu dulu, apakah ini orang-orang yang ingin menipu turis dengan berpura-pura ramah lalu mengambil harta benda. Yahh..jujur saja sebelum memutuskan berlibur ke Maroko aku mencari tahu dari berbagai sumber seperti apa Maroko dan kiat-kiat berlibur di negeri orang. Salah satunya adalah don't believe anyone else" Anas berbicara dalam hati sambil memikirkan cara agar dapat menjauh dari orang asing ini. Desir angin membelah pikiran Anas yang sedari beberapa saat tadi sibuk mencari cara menghindar dari orang asing yang tiba-tiba menyapanya. "Oh.. Hi, I can't speak English fluently " ucapnya terbata. Orang asing yang memperkenalkan diri itu tiba-tiba tersenyum, tapi bagi Anas itu bukan senyuman biasa namun lebih terlihat seperti sedang menyeringai. "Maaf, sepertinya aku membuatmu terkejut nona. Hanya saja tas mu terbuka dan aku bingung bagaimana cara memberitahu" ucap lelaki itu sambil tersenyum. Ok, Anas pikir itu alasan yang aneh karena tentu lebih mudah untuk memberi tahunya secara langsung, tapi ada hal janggal yang baru Anas sadari dari lelaki itu namun gadis ini bukan seseorang yang suka membangun suatu obrolan atau memulai pertemanan lewat obrolan ringan. "Ehhmm, okay thanks a lot and bye " ujar Anas yang segera pergi berlalu, entah apa yang di pikirkan sosok tersebut, tapi apapun itu bukanlah hal yang patut menjadi bagian dalam pikiran Anas. 

Lihat selengkapnya