Midwife Love Story

Rosalina Vega
Chapter #10

Bahagia yang Sesungguhnya

Kegiatan rapat lintas sektoral berjalan lancar. Undangan yang hadir antusias mendengarkan presentasi Pak Derry yang asyik dan tak membosankan. Bersama audience Staf Puskesams Tangsi melakukan curah pendapat. Memprioritaskan masalah mana yang harus diselesaikan dulu dan rencana penyelesaiannya.

Hasil Survey Mawas Diri yang difokuskan di Desa Kemiling dipaparkan menggunakan power point. Mayoritas penduduk desa tersebut adalah lansia. Usia golongan produktif banyak merantau ke luar daerah. Ketersediaan jamban sehat sangat minim, kemudian saluran air banyak yang tersumbat karena tak terawat. Sehingga air limbah rumah tangga, menggenang di beberapa tempat menimbulkan bau tak sedap.

Maka dari itu, hasil musyawarah hari ini ditetapkan salah satu kegiatannya adalah Posyandu Lansia. Selain ada perbaikan saluran air dan pengadaan jamban sehat. Untuk kegiatan yang sifatnya pembangunan fisik sarana dan prasarana, perlu koordinasi lebih dalam dengan Kelurahan dan Dinas Pekerjaan Umum.

“Kami sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan, tugasnya adalah memfasilitasi. Jika memang masyarakat menginginkan dibentuk Posyandu Lansia, kami akan dengan sangat terbuka mendukungnya. Akan tetapi, kami tak bisa bekerja sendiri. Kami membutuhkan partisipasi dari warga. Karena Posyandu Lansia ini milik warga, untuk warga, dan dilaksanakan oleh warga itu sendiri.” Pak Derry menjelaskan tentang konsep pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

Seorang pria berbaju batik mengajukan pertanyaan.

“Maaf Pak Kapus izin bertanya. Jadi apa yang harus kami siapkan?”

Lelaki perlente itu menjawab dengan tenang.

“Yang pertama adalah menunjuk kader kesehatan lansia. Kalau kader kesehatan balita sudah ada, kan? Sama saja konsepnya, cuma kalau bisa dipisah. Jangan berperan ganda, nanti terlalu sibuk ibunya ngurus posyandu malah bapaknya nggak diurusin.” Guyonan Pak Boss membuat suasana menjadi sersan. Serius tapi santai.

“Kemudian, warga siapkan tempatnya. Dimana akan dilaksanakan. Di rumah Pak RT, misalnya. Atau di Balai Desa, bebas. Yang penting nyaman. Kemudian tentukan waktunya. Tanggal berapa atau hari apa akan dilaksanakan,” lanjutnya lagi.

“Pak Kapus, mau tanya,” ucap seorang ibu berjilbab merah menyala.

“Biasanya apa saja kegiatan dalam Posyandu Lansia. Kalau untuk kader, insya allah kami sudah siap!”

“Posyandu lansia kurang lebih sama dengan Posyandu balita, yang berbeda pesertanya.”

Jawaban Pak derry kembali membuat gerr.

“Supaya lebih seru, bisa ditambahkan kegiatan senam lansia setelah pemeriksaan kesehatan selesai. Bagaimana? Apakah setuju?”

Terdengar jawaban penuh semangat dari tamu undangan.“Setujuuu!”

“Kalau bisa secepatnya, Pak. Kegiatan itu dilaksanakan. Kami sudah tak sabar!” celetuk salah seorang undangan.

“Bagaimana Bidan Kirana? Kapan bisa kegiatan ini dilaksanakan?”

Dengan penuh rasa bahagia sang bidan muda menjawab, “bulan depan kami siap, Pak!”

Kegiatan rapat lintas sektoral berjalan lancar. Tak menyangka warga sangat antusias mendengar ajakan puskesams. PR mereka selanjutnya adalah membentuk tim khusus untuk petugas Posyandu Lansia di Desa Kemiling. Salah satu desa yang akan menjadi percontohan desa-desa lainnya.

Kata Pak Derry, ”permasalahan puskesmas itu banyak. Tak mungkin diselesaikan dalam satu waktu. Harus diprioritaskan, mana yang lebih urgen. Baik dari segi keparahan, kegawatan dan resiko masalah itu berkembang semakin luas. Dalam menentukan rencana aksi juga begitu. Nggak bisa semua rencana kita jalankan, kembali disesuaikan dengan sumber daya yang ada.”

“Maksudnya sumber daya, Pak?” tanya Kirana bingung.

“Maksudnya ya nggak cuma dananya saja. Harus direncanakan dengan matang siapa petugas dan logistik yang dibutuhkan. Kemudian masyarakatnya apakah sudah siap untuk diajak bekerja sama? Maka dari itu, kita fokus dulu di satu desa, kalau sudah berhasil baru beralih ke desa yang lain,” Pak Derry menjelaskan dengan sabar. Geng Hatori mengangguk tanda mengerti.

Enam bulan dilalui dengan cepat. Kebijakan yang diterapkan Pak Derry mulai membuahkan hasil. Kedisiplinan pegawai berbanding lurus dengan angka kunjungan. Apalagi dengan kehadiran Dokter Andi, tak dipungkiri keberadaannya menjadikan masyarakat kembali percaya berobat ke puskesmas. Pasien yang semula sepi, kini merangkak naik. Lebih dari 40 pengunjung per hari. Amazing!

***

“Ayo, Nek. Yang sudah diperiksa tekanan darahnya, dan yang masih kuat kita senam, ya!” ajak Kirana bersemangat.

“Aku nggak bisa berdiri lagi, Bu Bidan!” celetuk salah seorang lansia.

Lihat selengkapnya