Midwife Love Story

Rosalina Vega
Chapter #12

Jahil Membawa Jodoh

Pukul 14.00, setelah absen pulang Kirana dan Chika berjalan santai ke parkiran. Mita masih membereskan barang-barangnya. Si hitam manis tampak gelisah, lehernya dijulurkan seperti jerapah.

“Kamu kenapa, Dek?” tanya Kirana heran.

“Enggak, Kak,” jawabnya sambil terus celingukan. Beberapa saat kemudian ia tersenyum.

“Mmmm, Kak Na,” ucapnya dengan dialek Upin Ipin memanggil Opah.

“Yeelahh,” jawab Kirana dengan gaya yang sama.

“Hari ini aku nggak bareng Kak Na, ya, pulangnya,” lanjut Chika sedikit grogi.

 Seorang pria berpostur tinggi duduk di atas motor melambaikan tangan ke arah mereka berdiri. Wajahnya tersembunyi di balik helm fullface.

“Bareng dia?”

Chika mengangguk cepat.

“Boleh, ‘kan?”

Kirana menarik napas berat.

“Ya masak nggak boleh, sih. Sok, mangga, diaturi. Good luck, ya!”

Gadis minang itu tertawa renyah, ia segera berlari menghampiri gebetannya. Dalam hitungan menit pria itu melesat membawa Chika pulang.

“Semoga langsung pulang, nggak mampir kemana-mana. Ahh, tapi anak itu ‘kan sudah dewasa. Sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Apa kabar diriku?” gumam Kirana pelan.

“Loh, Friska mana?” tanya Mita setelah menyusul ke parkiran.

“Udah pulang bareng ayang-mbebnya.”

“Siapa?”

“Nggak tau, helmnya nggak dibuka.”

“Hmm, mesti diselidiki ini,” gumam Mita kemudian.

“Mit, di kota ada kafe baru buka. Ke sana yuk, kali aja ada yang nyantol,” ajak Kirana mengalihkan topik pembicaraan.

Hampir dua tahun Geng Hatori tinggal di kota sejuk ini. Meskipun lambat, tetapi perkembangan di pusat kota sudah terlihat. Beberapa kafe dan tempat makan yang instragamable mulai bertebaran. Minimarket menjamur di setiap ruas jalan. Namun, Kecamatan Tangsi masih saja seperti saat pertama mereka datang, tak banyak perubahan. Konon daerahnya rawan penjahat. Sehingga para investor ragu untuk membuka usahanya di tempat ini.

Kafe mungil bernuansa modern minimalis ini hanya memiliki beberapa pasang bangku. Tersedia juga spot di lantai atas, tempatnya lebih terbuka dengan background pemandangan Gunung Dempo yang gagah berdiri. Kirana dan Mita lebih memilih lantai bawah, mengambil posisi di pojokan agar tak terganggu dengan pengunjung yang lain. Seleranya dan gadis batak itu nyaris sama.

“Beneran nggak kenal sama cowok Chika tadi?” tanya Mita setelah kami duduk di bangku kafe.

“Suer!” jawab Kirana seraya mengacungkan dua jari.

“Bukannya setiap hari pergi dan pulang bareng?”

“Kalau udah nganter dia ‘kan aku langsung pulang. Jarang kami pergi jalan bareng. Bosan jugalah kalau harus selalu kemana-mana bersama. Kita ‘kan punya dunia sendiri selain kerja. Kalau sesekali hang out kek kita gini ya, gak pa-palah, apalagi ditraktir, uhuy!”

“Ngarep!”sambar Mita galak.

“Emang, ha ha ha!”

Pesanan datang, sejenak mereka larut dalam piring masing-masing. Menu yang dipilih sama, Nasi Bakar Sapi Lada Hitam dan Strawbery Milkshake. Sepiring sosis dan kentang goreng kami untuk camilan. Banyak juga, ya?

“Kamu keknya cocok sama Mr.Po, sama-sama pinter, idealis dan rajin,” ujar Kirana serius.

Lihat selengkapnya