Midwife Love Story

Rosalina Vega
Chapter #15

Leman Yang Malang

“Assalamua’laikum, Mak! Mak Romlah!” teriak Safitri seraya mendongakkan lehernya.

“Walaikumsalam, siapa?”

Suara perempuan terdengar seiring bunyi lantai kayu yang berderit karena terinjak.

“Aku, Mak. Safitri.”

“Ooh, naiklah ke sini. Fit!”

Safitri dan Kirana naik melewati susunan papan yang tak lagi kokoh. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang memasak di atas tungku. Tangga rumah itu berada di belakang, ruang tamu merangkap ruang tengah yang langsung bersebelahan dengan dapur.

“Sini masuk, Fit. Sama siapa?”

“Ini, sama Bidan Kirana. Penggantinya Bidan Astuti.”

“Ooh, mari masuk Bu Bidan,” tanggapnya lembut.

“Panggil Kirana saja, Mak.”

Wanita paruh baya itu tersenyum ramah. Ada bekas memar di pelipisnya.

“Mau ngopi atau ngeteh, Emak buatkan ya?”

“Tak usah repot-repot, Mak," tolak Kirana halus.

"Nggak repot, kok. Emak buatkan sebentar."

Mak Romlah beranjak dari duduknya. Beberapa menit kemudian ia kembali dengan dua gelas teh hangat.

"Diminum, Fit, Nak Kirana," ucapnya seraya menyodorkan gelas ke hadapan tamunya.

Setelah sedikit berbasa-basi, Kirana mengutarakan niatnya datang ke rumah itu.

"Mak, kalau boleh kami mau melihat Leman."

"Iya, Mak. Bidan Kirana disuruh Pak Dokter. Mereka akan mengobati Leman!” seru Yuk Safitri antusias.

“Alhamdulillah! Ayok kita ke bawah. Dia tadi barusan minta makan.”

Mata Mak Romlah berbinar, mereka kembali turun. Perempuan tua itu membuka gembok yang mengunci bilik bambu. Setelah pintu terbuka, pemandangan memprihatinkan terlihat jelas di hadapan. Bau apek menusuk hidung. Seorang laki-laki berbadan kurus, tidur meringkuk di atas balai bambu. Pinggangnya terikat rantai besi, kumal dan berantakan. Piring dan gelas plastik tergelatak begitu saja di bawah kakinya.

“Leman tidur, Fit,” ucap Mak Romlah kemudian.

“Ya sudah. Nggak papa, Mak. Besok Kirana ke sini lagi. Terima kasih sebelumnya, Mak.”

Memprihatinkan, di jaman modern seperti ini masih saja ada orang yang tidak memanusiakan manusia. Padahal itu adalah anggota keluarganya sendiri.

***

“Dok, ini data ODGJ di wilayah saya,” lapor Kirana sambil menyerahkan blangko pendataan.

“Ada yang dipasung, ya?”

“Iya, dok. Dirantai dari setahun yang lalu.”

“Ini tidak boleh terjadi. Pemasungan itu melanggar hukum, kita bisa kena pasal jika membiarkannya. Kalau keduluan media bisa viral kita. Reputasi yang susah payah dibangun bisa runtuh!” tanggap Dokter Andi berapi-api.  

Lihat selengkapnya