Riendra langsung membalikkan badan, setelah menggunting bagian atas bungkus mie instan sambil menjawab, "Tidak, Yah. Riendra tidak mencium bau apa-apa."
"Benarkah? Padahal baunya pekat sekali. Yakin kamu tidak menciumnya, Nak?" Tanya Ayahnya untuk kedua kali dan benar-benar ingin memastikan.
"Iya, emangnya bau apa sih, Yah?" Dengan ujung kedua alis yang menukik tajam ke bawah. Ke arah hidung.
Ayahnya tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Malah kedua hidungnya terlihat kembang kempis dan terdengar suara mengendus. Seperti anjing polisi saat mencium tas yang dicurigai berisi barang-barang terlarang. Narkoba.
Saking lamanya menunggu jawaban dari sang Ayah, sampai-sampai air di panci sudah mendidih. Dan uap panas yang dihasilkan menepuk punggung Riendra. Sehingga dia pun hendak membalikkan badan. Namun, tiba-tiba Ayahnya berdeham cukup keras lalu berkata, "Bau kentut Ayah."
Alih-alih hal itu membuat Riendra tertawa, yang ada malah sebaliknya. Dia langsung memasang wajah masam dan nyaris melemparkan gunting ke arah Ayahnya. Beruntung dia memilik rem cakram atas keinginannya itu. Seandainya tidak, mungkin kejadian pagi buta ini akan menjadi tragedi berdarah.