Dahanam suara Ibunya seketika mengubah kadar oksigen di ruangan itu terasa menipis. Sehingga membuat napas Riendra menjadi megap-megap dan dada terasa sesak. Jantungnya pun berdetak kencang, seperti habis mendapatkan satu adegan jump scare yang membuat dia terperanjat dari kursi, saat menonton sebuah film horor di bioskop.
"Pokoknya .... "
"Ehm .... " Suara deham sang dokter yang langsung memotong omelan Ibunya Riendra sekaligus menjadi juru selamat. "... hmm ... untuk saat ini saya tidak bisa memberikan diagnosis tepat. Hanya saja, saya akan memberikan beberapa resep obat untuk perutnya. Dan hari Senin depan, tolong ke rumah sakit untuk medical check up secara menyeluruh." Sambil melepas stetoskop dan memasukkannya kembali ke dalam tas.
Lalu sang dokter terlihat mengeluarkan notes dan pulpen untuk menuliskan beberapa resep obat. Di mana saat dia melakukan itu kedua matanya terlihat memandang Riendra dengan tajam. Anehnya, Riendra melihat ada seringai kecil di ujung kanan bibir sang dokter. Sehingga membuat dirinya menjadi takut.
Jangan-jangan ada yang terlepas, batinnya yang langsung menundukkan pandangan ke kancing piyama. Ternyata gak ada. Tapi, kenapa dia seperti itu?
"Tolong nanti obatnya diminum sampai habis." Sambil merobek satu lembar notes tersebut. "dan mulai saat ini berhentilah makan mie, terutama mie instan. Ini demi kesehatan pencernaanmu," lanjutnya dengan menyerahkan secarik kertas itu yang berisi resep obat kepada Riendra.