"Angker," lanjut Acha yang memotong ucapan Riendra dengan suara yang dibikin serendah dan seberat mungkin serta tatapan dingin ke arah Vyasti.
Sekilas Acha terlihat seperti sosok jahat yang ada di film-film. Apalagi posisi dan caranya berdiri sangat mendukung hal tersebut. Di mana dia membelakangi cahaya matahari yang masuk. Dengan punggung bersandar di bingkai jendela dan kedua tangan yang melipat di dada.
"Eh, mulut typo. Jangan bicara ngawur. Itu cuma kabar kabur yang enggak bener. Lagian, hari gini masih percaya ama begituan. Enggak banget," sentak Zea dengan layar ponsel yang mengarah ke wajah.
"Eee ... lo .... "
"Achaaa ... aku mohon jangan mulai lagi," pinta Vyasti dengan senyum yang merekah.
"Ya, ya, ya." Dengan wajah masam dan langsung mengarahkan pandangan ke arah Zea.
Di saat itu juga mulutnya terlihat komat-kamit mengucapkan sesuatu. Di mana hal ini membuat Zea yang kebetulan menoleh ke arahnya langsung membuang muka dan kembali menatap layar ponsel. Jari jemarinya pun mulai aktif menari di sana. Menekan papan abjad digital untuk merangkai kalimat yang akan dikirim ke seseorang via WhatsApp.
"Jadi kalian kemari tanpa membawa sesuatu gitu?"