Penggemarku? Siapa, yah? Dan sepertinya aku pernah mendengar suara tawa ini? Tapi di mana, yah?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dan memenuhi hati Riendra. Sehingga membuat otaknya kembali memutar beberapa keping ingatan acak. Mulai dari deretan nama-nama pengikut di medsos, komentar-komentar yang muncul di novel-novelnya, hingga flashback beberapa momen-momen penting di keramaian. Momen-momen yang penuh canda tawa di tempat-tempat umum. Sayang, hal itu malah membuat otaknya seketika ngeblank dan mulai merasa pusing serta nyeri pada bagian kepala sebelah kiri saja—migrain.
"Si-siapa kamu?" Tanya Riendra sekali lagi dengan menahan rasa sakit di kepala.
"Sudah aku bilang, kan. Aku ini penggemar beratmu," jawab sosok di ujung telepon sana dengan seenaknya.
"Bu .... "
"Ckckck," potong sosok di ujung sana dengan berdecak. "Aku menelepon kamu bukan untuk diwawancarai seperti ini. Tapi, untuk ngasih tau kamu tentang bola mata yang sudah kamu makan itu. Apa kamu enggak penasaran dengan itu?"