Mie Di Bulan Mei

Bakasai
Chapter #34

Dasar Sinting

Di saat Riendra masih terpukul dengan satu kenyataan pahit yang baru saja terungkap. Di saat itu juga ada seseorang yang sedang menari-nari di atas penderitaannya. Siapa lagi kalau bukan sosok penelepon tadi. Sosok yang kini sedang tertawa bahagia di kamarnya. Saking bahagianya, sosok itu sampai-sampai menari kegirangan.

Tariannya memang acak, tidak berdasar. Malah terlihat aneh. Saking anehnya, terkesan seperti orang gila. Walaupun begitu dia terlihat sangat menikmati hal tersebut. Karena hal ini adalah momen bahagia atas satu dari sekian tujuan lainnya yang baru saja dia peroleh. Anggap saja sebagai satu perayaan kecil sebelum pesta besar yang tengah dia persiapkan untuk Riendra.

"Ah, saking senangnya aku sampai melupakanmu," ucap sosok itu setelah puas menari. "Maaf yah, sayang. Jika aku sudah mengabaikanmu," imbuhnya sambil menoleh ke belakang.

Lalu dia berjalan santai menuju ke arah sosok yang sedang terikat erat di kursi kayu. Dengan kepala yang terlihat menunduk. Di mana kondisinya terlihat cukup memprihatinkan. Tanpa memakai pakaian dan hanya mengenakan celana pendek hitam berbahan jeans. Sehingga memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang dipenuhi dengan sayatan-sayatan kecil. Dari perut hingga dada. Di mana luka-luka itu terlihat masih basah dan mengeluarkan darah segar. Namun, luka-luka itu belumlah seberapa. Jika dibandingkan dengan sebuah lubang yang menganga cukup besar di wajahnya. Lubang yang akan membuat wajah sosok itu cacat permanen seumur hidup. Lubang yang tidak akan bisa ditambal atau ditutupi oleh apa pun. Luka yang cukup mengerikan dengan darah segar yang terus mengalir tiada henti. Bagai derai air mata yang tidak tertahankan.

Yah, luka itu berada tepat di bawah alis sebelah kiri. Lubang yang terjadi akibat bola matanya dicongkel dan dikeluarkan secara paksa. Dengan meninggalkan serat-serat saraf yang keluar dari lubang tersebut. Selain darah segar yang terus mengalir tiada henti.

"Hai, hai. Kau belum matikan? Masak segitu doang udah mokad. Gak asik, ih. Kan pesta besarnya belum dimulai," ocehnya dengan mengubah logat dan gaya bahasa ala anak gaul.

Lihat selengkapnya