Riendra yang baru saja menelan pil pahit terlihat masih bergeming di sisi ranjang. Tatapan kedua matanya tampak kosong. Seakan-akan saat ini dia seperti sebuah cangkang yang kosong. Tanpa arwah yang bersemayam di raga.
Hal ini terjadi karena dia baru saja mendengar satu kenyataan pahit. Sebuah fakta dari rasa penasaran yang menyelimuti hati dan pikiran. Fakta yang terungkap dari mulut si penelepon. Di mana fakta itu malah menjatuhkan mentalnya di titik paling rendah. Seperti sebuah bumerang yang malah balik menyerangnya.
Dia benar-benar dibuat terpukul dengan fakta itu dan baru kali ini mengalami hal tersebut. Sungguh ini merupakan pukulan terhebat dalam sejarah hidupnya sebagai manusia. Ketika dia menjadi sosok perempuan yang memiliki ego tertinggi di antara teman-temannya. Sehingga tidak ada di antara mereka yang mau beradu mulut atau argumen dengan dirinya. Walaupun terkadang Riendra cukup bodoh pada beberapa hal. Terutama tentang pergaulan yang berhubungan dengan media sosial.
Keadaan itu berlangsung cukup lama, mungkin sekitar setengah jam lebih. Sebelum dia tersadar oleh suara notifikasi dari ponsel lipatnya. Kali ini bukan nada dering telepon masuk. Tapi berupa pesan singkat dari Whatsapp. Tentu Rienda langsung meraih benda pintar itu tanpa melihat nama kontak yang muncul di layar. Lalu dengan sigap jempol kanannya menyentuh ikon dari aplikasi tersebut yang berwarna hijau dan berada di pojok kiri layar.