MIKA PELAYAN SENSI

Euis Shakilaraya
Chapter #14

Pelayan Sensi (3)

Hari ketiga,

PRANG!

Seluruh mata seketika tertuju ke titik suara berasal. Waktu seolah terjeda. Untuk sepersekian detik keheningan melanda. Semua karyawan pun mematung di tempatnya. Beberapa saat kemudian, waktu kembali berjalan disusul dengan sebagian pengunjung yang berbisik-bisik dan sebagian lagi tak peduli. Mereka kembali mengobrol dan menyuapkan makanan ke mulut. Mika yang sedang bertugas mencatat pesanan kembali melanjutkan aktifitasnya. Dia hanya melirik sekilas ke arah Nanda yang seperti hampir menangis. Cewek itu menumpahkan nampan berisi tiga piring makanan. Piring tebal milik restoran pun pecah saat menyentuh lantai. Begitu pula dengan makanannya yang sudah tidak berbentuk. Ikan gurame asam manis itu diam saja menatap nanar ke arah Nanda.

Haikal perlahan berjalan menghampiri Nanda dengan senyum yang terus mengembang saat melewati beberapa pengunjung. Dia menepuk bahu cewek hitam manis yang matanya sudah berair menahan malu dan perasaan bersalah. Haikal meminta Nanda untuk menenangkan diri di musholla dan melambaikan tangan kepada Bimo meminta bantuan untuk membersihkan semuanya. Bimo mengangguk dan mengambil seluruh perlengkapan bersih-bersihnya.

Usai mencatat pesanan dan memastikannya sudah benar, Mika berjalan ke arah layar mesin yang terletak di dekat kasir untuk menginput pesanan.

"Pecahin piring makanan kayak tadi, nggak jadi masalah, Han?" tanya Mika.

Setelah sedikit berbincang dan tahu ternyata mereka seumuran, mereka sepakat untuk saling memanggil dengan nama masing-masing.

"Ya, bagi karyawan magang sih nggak apa, Mik. Tapi bagi kita, potong gaji," jawab Hani.

"Yah kasian si Nanda."

"Gaji semua karyawan, Mik. Kita ngeganti kerusakannya ditanggung bersama. Karena kita itu tim. Bukan perorangan," jelas Hani.

Mika terhenyak.

"Hah? Wah!"

"Termasuk gaji Pak Adnan lho, Mik. Kena potongan juga," lanjut Hani tanpa diminta.

"Hah?! Tapi liat Nanda tadi itu dia kok santai aja?"

Hani tertawa pelan. "Ya kamu pikir ini di sinetron atau drama yang kalau ada pelayan pecahin piring, pengawasnya langsung maki-maki? Nggaklah, Mik. Di sini sama-sama. Makanya berusaha saling meminimalisir kesalahan. Karena akibatnya akan ditanggung bersama."

Mika hanya mengangguk dan diam saja. Dia mengingat perkataan managernya saat pertemuan mereka. Laki-laki paruh baya berwajah menyenangkan itu menjelaskan tentang aturan kerja di restoran dan tentang bayaran Mika yang masih dihitung harian selama tiga bulan masa training.

"Mik, tolong gantiin Nanda sebentar antar pesanan," pinta Kiki. Mika diam saja.

"MIK! Lu denger nggak sih?"

Mika benar-benar diam saja. Hani gelisah melihatnya. Sejak dia bekerja sebagai kasir dan menggeser posisi Kiki yang sebelumnya dijadikan kasir sementara, dia tidak pernah ingin berurusan dengan Kiki. Dan melihat Mika secuek itu, dia benar-benar khawatir.

Mika melenggang melewati Kiki menuju arah Pak Wandi dan rekan chef lainnya berada. Kiki mengikutinya dengan kesal.

"Mik, lu orang apa tembok sih?" Kiki menghentakkan kakinya benar-benar kesal.

Terlihat Bimo yang mendekat ke arah Mika dan Kiki. Dia tersenyum melihat cewek cantik dengan cepol rambut yang mulai berantakan. Anak rambutnya sudah tak beraturan.

"Biar gue aja yang anter, Mik. Lu catet pesanan pengunjung yang baru dateng. Dia ada di meja C6," ucap Bimo. Mika mengangguk menyiapkan pulpennya.

"Sok baik banget lu, Bim!"

"Apaan sih, Ki. Lu marah-marah terus kayak nenek-nenek."

Kiki berlalu meninggalkan Bimo. Dia memilih untuk kembali merapikan piring yang sudah dilap dan menatanya di meja.

***

"Terus pas Mika turun dari motor lu kemarin, dia bilang apa selain makasih?" tanya Vanilla.

"Uhm... cuma bilang makasih aja sih," jawab Dias.

Vanilla terkekeh.

"Ya menurut lu, Bambang. Masa Mika harus baca puisi?"

"Yaudah gue ada kelas." Dias bangkit dan meninggalkan Vanilla yang sedang makan sendirian. Kasihan.

Sesekali memang mereka tak sengaja berpapasan dan memutuskan untuk mengobrol sebentar untuk sekadar menanyakan kabar Mika. Vanilla sering membahas pertemuan tak sengajanya dengan Dias. Namun Mika diam saja seolah tak peduli.

"Van!"

Lihat selengkapnya