MIKA PELAYAN SENSI

Euis Shakilaraya
Chapter #16

@Infoh.uenjeh

@infoh.uenjeh “Ada yang kenal?”

18.973 liked

1.087 comment

@taltal_ Lha... si Mika ini.

@ahmad.r Kerja sekarang si Mika?

@allinav_ WOY! HAPUS NGGAK?! GUE SAMPERIN SEKARANG BARU TAU RASA LU!

Reply

67 comment

@taltal_ si anjir @allinav diem aja lu. Nggak penting

@allinav gue samperin lu juga @taltal_ ribut ayok dah anjir!

@rina.sftri suka-suka adminnya sih. Lu yang repot.

@nurul_h yang ngakunya sahabat ciye.

@ga_ga belain siapa sih?

@mikaylarenjana Gue nggak tahu kalau kehidupan gue jadi penting banget buat kalian semua.

Reply

95 comment

@rits.u eh... ada Mika...

@olaf_ tumben amat sampe komen.

@jajanan_sore pake baju apa juga cantik lu, Mik.

@jimmy94 bhakaka sampe dikomen Mika.

@aldoisme karma lu kali, Mik.

@raralaras penting buat haters kayak gue. Makanya jadi orang jangan belagu amat. Hahaha

@mikaylarenjana @aldoisme si anjir beraninya cuma dikomen.

@aldoisme hahaha.

@Di4Zz cantik...

@88yymk restoran mana tuh? Ayok ke sana. Kangen juga sama tuh cewek galak.

Selesai shalat, Mika mendapatkan begitu banyak pemberitahuan dan mention di akun instagramnya. Dia membukanya dan mendapati akun sialan itu kembali memposting foto dirinya. Mika merasa sangat marah dan berjanji untuk mereport serta meneror admin akun tersebut. Namun saat ini dia butuh menyimpan tenaga untuk menjalani sisa jam kerjanya. Mika kembali memasukkan ponsel ke saku bajunya. Membaca semua komentar di akun itu hanya membuatnya sedikit mual. Dia kembali merapikan cepol rambutnya yang hampir copot ketika shalat.

“Lemes banget, Mik. Kenapa?” tanya Hani yang sudah memakai mukena bersiap untuk shalat.

Mika menggeleng dan menepuk bahu Hani pelan. Dia memakai flatshoes hitamnya dan menghela napas panjang sebelum bergulat kembali dengan pekerjaan. Saat kakinya bengkak karena memakai sepatu yang memiliki hak lima centi pada hari pertama, keesokan harinya dia mendatangi Pak Darmawan dan meminta keringanan agar diperbolehkan memakai flatshoes dan sepatu hak lima centi secara bergantian. Menunggu hingga dia terbiasa. Dan seperti biasa, Pak Darmawan hanya meminta agar Mika bekerja dengan baik. Itu saja.

“Rame banget, Kak Bim.”

“Iya, nih. Yuk!”

Kursi restoran hampir penuh. Beberapa pengunjung kesulitan mencari tempat duduk. Seluruh karyawan terlihat sibuk. Bahkan untuk ke kamar mandi saja harus bergantian. Tidak boleh ada dua orang di luar barisan. Mika mencatat pesanan, menginputnya, bahkan membantu mengantar makanan dan mengelap piring. Haikal dengan sigap memegang seluruh pekerjaan. Mencatat pesanan, menginputnya, mengantar makanan dan minuman, mengelap meja, menata piring yang sudah dilap di meja. Berkali-kali mendatangi pengunjung yang memanggilnya untuk sekadar menambah pesanan, meminta tambahan sambal dan yang pesanannya belum lengkap. Bahkan si pemalas Vira dan Nanda pun menjadi super sibuk membantu Jeni dan Kiki.

“Mbak!” salah satu pengunjung melambaikan tangannya ke arah Mika. Cewek cantik itu mengangguk dan segera mendekat ke arah pengunjung yang memanggilnya.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Mika.

“Pesanan saya masih kurang! Yang bener aja saya udah nunggu hampir dua puluh menit masih belum datang juga,” ucap cewek berjilbab biru itu kesal.

Mika mengangguk dan berlalu setelah mengatakan akan mengecek pesanan milik pengunjung itu terlebih dahulu.

“Mas, meja B7 udah pesen cumi bakar dari tadi. Belum matang?” Mika bertanya kepada chef yang betugas memanggang.

Lihat selengkapnya