"Beneran masih di sini?" tanya Dias yang sedang membantu Mika mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kafe untuk mencari cewek mungil dengan rambut panjang berwarna kecokelatan.
"Aku telepon nggak diangkat."
"Coba lagi."
"Oke..."
Mika kembali menelepon Vanilla dan bersumpah kalau masih tidak mendapatkan jawaban, dia akan menghapus game kesayangan sahabatnya itu saat dia tidur. Tidak ada jawaban, namun di meja paling ujung terlihat ada yang melambaikan tangan.
"Itu bukan?" tanya Dias.
"Nah iya itu dia."
"Cowoknya?" Dias keheranan melihat Vanilla duduk dengan seorang cowok. Mika mengangkat bahunya tak peduli. Mereka langsung berjalan mendekat ke arah Vanilla.
"Sorry, gue habis dari toilet," ucap Vanilla. Mika langsung duduk dan Dias memegang bahu Mika.
"Saya pesanin makanan dulu. Kamu roti bakar aja? Minumnya apa?"
"Uhm, samain aja."
Mika tersenyum lebar melihat Dias berlalu.
"Eh iya kenalin. Ini sepupu gue yang waktu itu kita jemput ke Gambir. Namanya Braggy," ucap Vanilla.
Mika hanya menatap cowok di depannya sekilas kemudian mengangguk sembari membuka ponselnya yang bergetar karena pesan masuk.
"Dia emang gitu, Gi. Cuekin balik aja."
Vanilla meringis. Merasa malu mengenalkan Mika yang kelakuannya sedikit minus kepada sepupunya. Braggy hanya mengangguk dan menyesap kopinya perlahan.
Tak lama kemudian, Dias kembali membawa dua gelas minuman yang sama. Mika berbinar dan menggamit satu gelas untuknya kemudian tanpa mempostingnya terlebih dahulu di instagram story, dia langsung meminumnya.
"Yaelah haus banget. Lu ngajak Mika main apa puasa sih, Yas?" ledek Vanilla.
"Kamu tuh cewek roti unyil bukan sih?"
Braggy tiba-tiba mencondongkan tubuhnya menatap Mika dari dekat. Cewek cantik itu langsung memundurkan tubuhnya kaget dan menatap galak cowok di depannya siap untuk memakinya. Dias mendorong pelan bahu Braggy agar dia kembali ke tempatnya dan menjauh dari Mika.
"Cewek roti unyil?" tanya Vanilla kebingungan.
Mika juga tampak berpikir. Dia tidak mengerti yang dimaksud oleh sepupu Vanilla. Dias mengangkat sebelah alisnya tidak suka.
"Bentar, dia cowok lu?" tanya Dias pada Vanilla.
Cewek mungil itu tertawa terbahak-bahak. Bahkan hampir menyembur semua makhluk di depannya.
"Sorry, lupa ngenalin ke lu. Dia Braggy. Sepupu gue. Gi, ini Dias."
Braggy seolah tidak menyimak apa yang dikatakan oleh Vanilla. Dia masih sibuk memperhatikan Mika.
"Aku yakin kamu cewek roti unyil!"
"Ish! Ngerusak mood gue aja!" Mika meletakkan gelasnya.
"Gi, apaan sih lu! Cewek roti unyil apaan?" Vanilla ikut kesal.
"Waktu aku mau ke Cirebon, dia satu kereta sama aku," jelas Braggy.
Mata Mika membulat. Kenangannya terlempar kembali pada saat dia sedang sibuk makan roti unyil dan ada cowok di sampingnya yang terus menerus menatap roti miliknya. Dias menatap cowok dengan manik mata berwarna hazel itu dengan tatapan tidak suka.
"Lu beneran pernah ketemu sepupu gue, Mik?" tanya Vanilla.
Roti bakar pesanan Mika datang. Dia menatap rotinya ragu. Jujur dia tidak mengingat wajah cowok yang duduk di sampingnya saat perjalanan pulang ke Semarang. Dia hanya mengingat kejadiannya saja. Jadi dia tidak yakin pernah bertemu atau tidak dengan cowok di depannya.
"Makan dulu. Katanya, lapar banget. Pertanyaan nggak penting nggak usah dijawab," ucap Dias. Mika mengangguk.
"Dih, Dias cemburuan. Yaelah. Tenang aja. Sepupu gue seleranya tinggi. Nggak bakal naksir sama modelan Mika gitu," serbu Vanilla.
"Salah! Aku justeru suka sama dia," jawab Braggy sembari menatap lekat ke arah Mika.
***
"Ish! Udah gila kali sepupu gue. Lu nggak liat Dias udah kayak mau ngeluarin laser dari matanya?"
Vanilla terkekeh geli mengingat kejadian nahas yang menimpa sahabatnya di kafe. Mika hampir tersedak roti bakar saat Braggy tiba-tiba mengatakan bahwa dia menyukai cewek cantik itu. Bahkan Dias langsung bangkit dan menarik tangan Mika untuk menjauhkannya dari Braggy. Vanilla yang merasa kebingungan langsung memukul bahu Braggy berkali-kali.