Cinta, jangan pernah dicoba karena ketika kamu tertusuk olehnya, akan sangat sulit melepas pisau itu dari jantungmu. Dan kemungkinan seumur hidup kau tak akan bsia sembuh dan akan selalu berkutat dengan dalamnya luka dan juga hasrat karena cinta yang kau mainkan.
Ada dua pilihan agar tidak terluka karena cinta. –tinggalkan sebelum itu menusukmu terlalu dalam, -atau raihlah dan jangan pernah lepaskan hingga kau bisa memilikinya selamanya.
Bukankah di rumah sakit jiwa dan ruang-ruang psikiater telah menjadi bukti banyaknya orang gila dan saki jiwa karena cinta. Serangan cinta kadang lebih dahsyat dari serangan jantung atau serangan stroke. Karena cinta itu sendiri tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dilihat. Satu-satunya pemberhentian yang bisa kau dapat karena cinta adalah sakit jiwa. Kau akan tertawa sendiri, menangis secara tiba-tiba, tidak bernafsu makan, susah tidur, marah tapa alasan, dan memeluk gambar seseorang ketika tidur. Bukankah itu semua perilaku orang berpenyakit jiwa? Maka hati-hatilah ketika kau bermain dengan cinta.
“Aku ingin berbisnis denganmu, jadi kemarilah!”
Milan pergi dengan pakaian apa adanya setelah mendapat telepon dari Zidan tentang urusan bisnis. Milan tak punya alasan untuk menolak apalagi untuk menyetujuinya. Namun ia lebih tidak punya alasan untuk menolak sebuah kesempatan. Mungkin ini sebuah bisnis yang bagus. Apa aku akan dipekerjakan kembali? Milan berpikir untuk apa Zidan mengajaknya bertemu.
Milan sudah berada di lantai dua Kafe Hijau. Orang yang ingin mengajaknya bertemu belum juga datang. Milan berjalan dalam ruangan itu. Dia penasaran orang seperti apa Zidan itu. Dia menuju ke sebuah meja, mungkin meja kerjanya. Di meja itu terdapat sebuah komputer dan juga foto diri yang berlatar belaknag menara Eiffel.
“O, jadi dia pernah ke Paris?” Milan terkesima melihat Zidan yang berbeda berdiri di depan menara paling terkenal d dunia itu, “Ketika dia diam dan tersenyum seperti itu, rasanya dia tak terlalu buruk.” Milan tersenyum, entah apa yang sedang di bayangkannya.
Milan duduk di kursi yang empuk yang bisa ia putar 360 derajat dan juga dia bisa menyandarkan kepalanya di kursi itu. Nyaman rasanya. Diamerasa seperti bos di sana.
“Laci?” Milan melihat sebuah laci di meja itu, “Bolehkah aku membukanya?”
Dalam sekejap laci itu sudah terbuka. “Hello Kitty?” Milan heran bagaimana seorang yang gentle seperti Zidan menyimpan boneka macam itu di laci mejanya, “Ckk, ck, bukankah ini terlalu kekanakan? Tidak ada yang lebih baik dari lumba-lumba. Dilihat dari sisi manapun, warna biru laut lebih baik dari pada warna pink seperti ini.” Milan menaruh kembali boneka itu ke tempatnya semula. Sebelumnya, dia mengambil sebuah stick note yang ada ada di meja dan bolpen. Dia menulis sesuatu dan ia letakkan di kening boneka itu.
Suara pintu terdengar seperti sedang dibuka. Milan dengan cepat menjauhkan dirinya ke sofa, tempat seharusnya ia berada.
“Kau sudah datang?”
“Kau lihat aku duduk di sini, jadi jelas aku sudah datang.”
“Ada apa denganmu? Apa kau lagi haid? Bukankah itu basa basi yang umum bagi orang Indonesia?”
“By the way…..” Milan berusaha langsung menuju ke pokok permasalahnnya, “Bisnis apa yang akan kau bicarakan? Apa kau akan mempekerjakan aku kembali? Huh?” Milan penasaran.