Setiap hari adalah hari yang baru bagi setiap makhluk biotik di bumi ini, termasuk manusia. Ketika matahari mulai menyembul dari ufuk timur, itu artinya hari dan sejarah yang baru telah dimulai. Dan begitu matahari bergulir, kehidupan manusia pun turut bergulir. Tak peduli apa, tak peduli mau atau tidak, setiap manusia akan melihat hari yag berbeda dan dengan pengalaman yang berbeda pula. Masalahnya, tak semua orang memiliki pengalaman yang menyenangkan. Dan kalau kau tak memilikinya, jawabannya adalah kau harus menciptakannya sendiri.
Kelas XI2. Pagi hari. Satu perstau siswa berdatangan. Mereka menemukan selembar kertas yang sudah ada di meja mereka.
Tama duduk paling belakang. Bagus bahkan heran, kenapa Tama bisa datang lebih dulu darinya, padahal dalam sejarah pertemenannnya, Tama tak pernah datang lebih awal darinya, bahkan cenderung menjadi yang paling akhir datang alias telat.
Bagus terkejut melihat kertas yang di mejanya, sama seperti temannya yang lain. Dan mereka lebih terkejut lagi ketika melihat isi kertas itu.
“Apakah ini benar-benar ditulis oleh Dicky?” Kata Ica yang hampir menangis membaca isi surat itu.
Semuanya terdiam. Semuanya terpaku. Tak ada yang angkat bicara..
Tama berdiri di depan kelas, “Teacher menemukan kertas ini di laci meja Dicky. Dan aku rasa selama ini kita sudah keterlaluan. Berapa lama kita sudah menjadi kawannya, dan berapa lama kita tidak melindunginya saat hati dan jiwanya sakit karena ulah kita? Huh?”
“Hatinya mungkin lebih sakit daripada kata-kata yang ia ungkapkan di kertas ini.” kata Rasa.
Jam menunjuk hampir pukul 7, artinya sebentar lagi kelas akan dimulai, dan jika Dicky tidak berangkat lagi, maka tepat 35 hari berturut-turut ia meninggalkan kelas, dan berpeluang untuk dikeluarkan pula.
Lalu, sesosok makhluk tiba-tiba masuk ke kelas itu membuat mereka terdiam.
“Dicky? Dia masuk sekolah?” kata Jimmy tak percaya.
Tanpa ba bi bu, dia langsung menabrakkan dirinya ke Dicky dan memeluknya. Semua temannya melakukan hal yang sama. Sampai-sampai sosok lemah Dicky tak terlihat.