Jessie sendiri bingung kenapa ia menjadi kesal. Mungkin karena keputusan Ben yang terlalu mendadak. Mungkin juga karena Ben membicarakan keputusannya pada sesi bercerita dan pada para pengunjung—padahal kepergiannya lebih berpengaruh pada pengurus kedai, bukan para pengunjung.
Jessie pikir, barangkali kepergian Ben ada hubungan dengan masalahnya—yang membuat Ben mengatakan pada sesi bercerita ketimbang pada teman-temannya.
Akhir-akhir ini Jessie sering jengkel terhadap dirinya sendiri. Sikap tertutup dan sulit membuka diri menyebabkan hubungan dengan siapapun berlangsung buruk. Hanya kesabaran luar biasa dari Ben, Adam, dan Meg-lah yang membuat mereka masih berteman baik hingga sekarang.
Sepenuhnya benar-benar salah Judy—perasaan tertekan menyebabkan ia mengambil sikap seperti itu. Seandainya Josh masih ada, ia pasti akan tersenyum menenangkan dan berkata, ’hidup ini indah, dan Tuhan itu luar biasa.‘
Tapi, tidak pernah mungkin ada seandainya.
Jessie harus melanjutkan hidup. Dari pengunjung-pengunjung yang datang, ia mendapatkan banyak hal baik. Ketegasan dalam mengambil keputusan—yang dilakukan Meg demi mempertahankan Aabel. Berpikir panjang dan tahu apa yang harus dilakukan—keputusan Martha mengabaikan apa pun jawaban email laki-laki yang ditaksirnya. Bersikap terbuka dan menyenangkan—yang dicontohkan gadis penjual bunga. Masih banyak lagi.
Ben akan berangkat dua hari lagi. Itu artinya, dua hari lagi Jessie akan pulang sendiri setelah dari kedai. Mungkin ia bisa berangkat jalan kaki dari rumah dan pulang berempat bersama Meg dan anaknya dengan menumpang mobil Adam. Itu gampang. Ia bisa membicarakan masalah ini esok hari.
Meg akan menggantikan pekerjaan Ben meracik pesanan. Meski tidak meragukan kemampuannya, Jessie sendiri menyadari ia tidak serajin dan setelaten Meg dan Ben ketika meletakkan parutan-parutan keju itu di atas lemak susu. Ia akan membantu Meg mememarkan jahe atau menggulingkan donat kentang, yang bagian atasnya telah dilumuri mentega, ke atas parutan keju.
Ben hanya akan pergi selama seminggu, tegas Jessie berkali-kali. Hal tersebut tidak akan berpengaruh banyak terhadap aktivitasnya.
Ben akan menyelesaikan masalahnya, begitu pun Jessie. Ada banyak hal yang harus dibenahi dan dimulai dari awal kembali.
Jessie menatap layar laptop. Ia harus melanjutkan tulisan sehari-harinya. Sulit, tapi ia harus memaksa dirinya sendiri. Sekali lagi, tidak ada yang bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik kecuali dirinya sendiri—dengan bantuan Tuhan, tentu saja.
Besok adalah hari terakhir Ben datang ke kedai. Jessie berhenti menulis. Bayangan mengenai Ben membuatnya sulit konsentrasi. Ia baru akan ketemu dengan laki-laki itu enam atau tujuh hari kemudian. Betapa lama.