Milea

Mizan Publishing
Chapter #1

Pendahuluan

Aku tidak jadi nelepon Si Komar, tapi sudah membaca dua buku yang ditulis oleh Pidi Baiq, judulnya “Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990” dan “Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991” .

Kebetulan, kedua buku itu bercerita tentang kisah asmaraku dengan Lia (Milea Adnan Hussain) pada waktu masih duduk di bangku SMA, tahun sembilan puluhan di Bandung.

Setelah membacanya, terus terang, aku seperti merasa mendapatkan kehidupanku yang lama sedang muncul kembali. Semuanya terasa seperti hidup lagi secara otomatis.

1. Pendahuluan

Milea Suara dari Dilan Pada saat membacanya, aku banyak menghabiskan waktu untuk menelaah lebih jauh apa sih, yang Lia piki- rin? Apa, sih, yang Lia rasakan saat itu? Kukira semua itu bukanlah omong kosong. Itu, buat aku pribadi, sangat menarik, termasuk aku jadi tahu bagaimana dulu Lia memandang diriku melalui apa yang dia ungkapkan.

Meski, sebagian besar yang dikatakan oleh Lia pernah Lia katakan sendiri secara langsung ke aku, tapi di buku itu, Lia seperti sedang bercerita dengan tanpa pengha- lang. Rasanya, gimana, ya? Bebas merdeka tanpa tedeng aling-aling.

Di dalam buku itu, aku sendiri menikmati cukup banyak momen-momen berharga yang diceritakan oleh Lia. Sesuatu yang perlu dipertimbangkan kalau aku ingin kembali mengenang.

Di sana, Lia ngasih tahu bagaimana dia merasakan kembali hal-hal yang sudah lama berlalu. Sampai-sampai, aku mengira, dengan buku itu Lia sedang berusaha meng - gali perasaanku untuk merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan saat itu.

Aku tahu tidak ada yang bisa aku lakukan selain menghargai apa yang jadi pendapatnya. Aku memiliki rasa hormat setinggi-tingginya untuk mengatakan kepadanya bahwa itu adalah sepenuhnya hak Lia untuk bebas bicara, dan kemudian tetap saja semuanya adalah sejarah.

--ooo--

Sama sekali gak pernah kuduga kalau kisahku dengan Lia akan ditulis jadi buku. Dan, sebetulnya aku malu karena di buku itu aku ngerasa jadi tokoh utama yang punya kedudukan cukup istimewa, terutama kalau Lia sudah mulai memujiku.Juga, sekaligus jadi risi karena di situ aku betul-betul jadi kayak orang yang amat dimaui. Seolah-olah, aku ini, yang barusan makan nasi bakar, adalah orang yang paling menakjubkan di dunia dan romantis dengan apa yang pernah aku lakukan kepadanya. Sebagian besar yang bisa aku lakukan untuk menyikapi hal itu adalah cuma tersenyum.

Tapi, kukira kalau dulu Lia punya sikap macam itu ke aku, harusnya bisa kuanggap sebagai hal yang normal karena kalau ada orang yang sudah cinta ke kamu, dia hanya akan melihat sisi baikmu. Dan kalau kamu berpikir tentang hal ini, kebanyakan kisah cinta memang selalu dimulai dari hal seperti itu.

--ooo--

Kupikir, harusnya aku merasa beruntung dengan adanya buku itu, nyatanya memang, iya. Kedua buku itu sudah membantuku mengingat masa-masa yang sudah berlalu, maksudku aku cuma tinggal baca saja, enggak usah capek- capek nulis kalau ingin mengenang apa yang dulu pernah aku dan Lia alami.

Milea Suara dari Dilan Apalagi, sebagian besar cerita yang ada di dalam buku itu, memang sangat sesuai dengan kejadian sebe- narnya, malahan aku merasa ceritanya cukup detail.

Lihat selengkapnya