Atre lagi-lagi mengurut-urut pelipisnya. Ia sering melakukan hal itu akhir-akhir ini. Salah satu penyebabnya ada di genggamannya sekarang, dalam wujud sepucuk surat.
Perkamen tersebut agak panjang, penuh dengan coretan saudara kembarnya yang entah kenapa tak pernah mau belajar cara menggoreskan pena dengan benar, serta selalu bertele-tele dalam berkorespondensi. Meski begitu keeksentrikan adiknya bukan hal utama yang mengganggunya. Apa yang diceritakan adiknyalah yang menjadi fokus Atre kali ini.
Para barbar—sebutan orang Romana bagi siapa saja yang bukan dibawah kekuasaan mereka, yang berarti sebagian besar penghuni dunia— terus menerus melakukan serangan ke sisi terluar Provinsi tahun ini. Sirnok, negeri jajahan Romana yang bertempat di barat Gaedrinlah yang pertama terkena imbasnya. Legiun yang ditempatkan di sana tak sebanyak di Gaedrin, karena memang pada dasarnya penduduk Sirnok adalah pencinta damai, berbeda dengan orang Gaedrin yang akan mendendam tujuh turunan karena kau pernah mencuri seekor kuda cacat dari ratusan kuda bagus lain di kandangnya.
Kini, adiknya sudah diperintahkan oleh pusat komando untuk bergerak ke sana, yang berarti ia akan mendapat instruksi yang sama. Jika legiun yang bertempat di Menara Timur saja harus diberangkatkan, maka ia juga harus, mengingat gempuran barbar tak bisa dianggap main-main. Doktrin militer legiun mengajarkan bahwa pasukan elit tersebut bisa menghadapi lawan dua kali lipat dari jumlah mereka sendiri berkat perlengkapan dan taktik yang superior, tapi para barbar menang banyak dalam jumlah. Lebih baik bermain aman daripada harus melihat Sirnok jatuh. Jika negeri terluar itu jatuh maka Gaedrin yang selanjutnya, dan konsekuensi buruk seperti itulah yang sebisanya ingin Atre cegah sebelum semua terlambat.
Atre harus memberitahu Tritos tentang masalah ini. Si pemimpin pasukan keenam Romana sudah mengirim seorang legiun untuk mencarinya. Berhubung dia belum diketemukan, Atre curiga dia sedang minum besar-besaran untuk merayakan bebasnya diri dari tiang gantungan segera setelah melepas perban dikepalanya.
“Anda kelihatan kalut, Petugas. Ada masalah?” sebuah suara merdu terdengar di telinga Atre. Dia mendongak.
Gadis ini lagi. Atre sudah menekankan padanya bahwa ia hanya akan menemuinya untuk urusan negara serta legiun, tapi orang muda sepertinya memang suka berontak tanpa alasan. Apalagi orang muda yang memang memiliki potensi untuk ingin tahu apa saja.
Celakanya, potensi semacam ini bisa merusak rencana Atre juga.
“Apa yang kau inginkan sekarang?” Atre bertanya datar. ia berusaha untuk tidak menatap mata abu-abu pemudi tersebut. Memang sudah menjadi ciri khas dari bangsa Gaedrin, tapi entah mengapa hal itu nampak sangat cocok berada di bawah alis sempurna gadis ini.
“Anda belum menjawab pertanyaanku.” walau tak memandang wajahnya, Atre tahu Quin cemberut, membuatnya susah-payah menekan keinginan untuk tersenyum.
“Tak ada urusannya denganmu,” jawab Atre enggan, masih menghindari mata bertemu mata.
“Saya kandidat pemimpin legiun kedua puluh, Jendral Tinggi sendiri yang mengatakan hal tersebut.” gadis itu langsung memprotes, kedua tangannya bersilang di dada. “Jika ada berita dari pusat komando, maka saya juga punya hak untuk tahu.”
Atre mendengus. “Kau sudah tahu pasti isi surat yang kuterima beserta seluruh isi perkamen yang pernah kuperiksa. Demi dunia bawah, kau mungkin juga tahu apa warna pakaian dalamku hari ini. Apa tepatnya yang kau inginkan, Puan Quintilia, sehingga aku harus menerima kunjunganmu?”
“Bagaimana—?” si gadis mengangkat kedua alisnya, benar-benar terkejut tapi ia segera menguasai diri.
Atre cepat menyela karena celaka tiga belas, suara perempuan ini juga membuatnya bahagia tanpa alasan dan itu buruk. Ia curiga ada sihir yang disisipkan dalam setiap ucapan gadis itu. “Tiga hal yang menjadi petunjukku. Pertama, mengungkit-ungkit janji Jendral Tinggi padamu sama sekali tidak relevan kecuali kau tahu isi surat yang kupegang. Aku bisa saja sedang membaca tentang jalur pasok yang kena serang, tapi kau malah mengatakan hal yang tidak ada hubungannya. Kedua, karena aku tahu *jaringanmu* ada di legiunku dan legiun saudaraku. Aku juga berani mempertaruhkan tiga puluh keping emas beserta kudaku yang terbaik bahwa kau memiliki mata-mata di setiap legiun yang ada. Ketiga, karena kau adalah kau, yang tak mungkin ingin melewatkan kesempatan untuk tahu apa yang sedang terjadi.”
Quin memandanginya dengan kepala dimiringkan sedikit. Sejenak Atre meliriknya, dan ia tahu bahwa ada sesuatu yang … bukan manusia di balik mata indah itu. Sesuatu yang lapar dan mengerikan.