Miles Gloriosus

Saktiwijayarahman
Chapter #16

15. Ars Militaris

Aku masih belum paham jalan pikiranmu, masih tak tahu mengapa kau tak menceritakan berita tentang Monoria sejak pertemuan pertama. Kau malah memukuliku dan—”

“Apa kau akan mengeluh terus soal itu sampai akhir hayatmu? Kita baru berbincang beberapa saat dan kau sudah menyebutkan hal itu tiga kali. Kau layak mendapat semua hukuman itu dariku,” Tritos berkata kasar.

“—mematahkan hidungku alih-alih memberitahu bahwa telinga-lancip menginvasi Gaedrin sekarang,” Ates menyambung seolah Tritos tak pernah menginterupsinya.

Tritos menutup mulut karena ia enggan menjawab, walau dalam batin ia merutuk.

Para auksilia yang didampingi oleh kavaleri legiun telah melanjutkan perjalanan, langkah-langkah mereka lebih cepat dibanding hari kemarin. Sepertinya berita tentang pasukan Monoria yang mengancam benar-benar memotivasi mereka, tak peduli horor serta beban mental karena pertarungan dengan Nastes belum lama berlalu. Semua seolah sudah menandatangani perjanjian tak tertulis untuk tutup telinga atas keluh-kesah dari para Nastes yang dikekang di barisan tengah, akibat kecepatan gerak ditingkatkan sementara mereka tak mendapat makan minum serta perawatan luka yang memadai.

Tritos tak pernah dengar para tahanan mengeluh tanpa takut seperti itu. Ia ingin memberikan satu dua pelajaran bagi mereka supaya para kanibal sial itu tutup mulut, tapi urung ketika melihat Ates menggelengkan kepala tatkala ia memberitahunya. Gal juga menentangnya, sehingga Tritos harus cukup puas dengan hanya mengertakkan gigi setiap mendengar keluhan para Nastes.

Segera setelah Ying memberikan berita, Tritos sebenarnya langsung mendesak semuanya untuk bergerak. Ates menolak, berkata bahwa legiun penunggang beserta kudanya sudah kelelahan, letih dari ujung kepala sampai kaki, tak hentinya mengutarakan fakta bahwa kurangnya cahaya akibat masih terhitung awal bulan akan memperlambat pergerakan. Celakanya, Ates mendapat dukungan dari Gal dan–Tritos tak menyangka— Adis juga sehingga si veteran tua terpaksa melepaskan tekanannya, walau ia masih bersungut-sungut tentang anak buah yang tak mendukung sampai ia tertidur di dekat api unggun.

Begitu bangun pagi-pagi buta akibat kedinginan, Tritos kembali mengulang desakannya agar semua segera kembali ke Gaedrin. Kali ini, ia berhasil meyakinkan mereka. Kalau mereka tetap dengan kecepatan seperti ini, seharusnya mereka sudah mencapai kamp tempat pasukan utama legiun kedua belas bermalam saat mentari sampai di pucuk kepala.

Tritos melempar pandang sinis pada Ates yang nekat tetap menunggang kuda disampingnya, kemudian menyeringai padanya. “Lihat dirimu, Kawan. Berseragam merah gagah, dibalut baju zirah dengan kedua balok itu di bahu kanan-kirimu, ditambah menunggang kuda Gaedrin terbaik. Kuyakin mendiang ibumu akan bangga. Kalau saja kau tak membela Romana, tentunya.”

Ates hanya meliriknya, dan karena tempatnya lebih tinggi ia jauh lebih mudah melakukan hal itu dibanding Tritos. Lagipula, ia memang nampak lebih mengesankan walau Tritos lebih memilih disepak kaki belakang kuda yang ditunggangi oleh kawan lamanya itu dua kali ketimbang harus mengakui penampilan impresifnya secara vokal.

Ates langsung berbaik hati menawarkan, sebagian kecil agar mereka duduk setara, sebagian besar agar tak dianggap mengabaikan seorang kawan lama oleh para anak buahnya. Lagipula, Tritos merupakan seorang kapten auksilia sehingga ia memang layak menunggang kuda di samping seorang jendral. “Kalau kau ingin, aku bisa suruh seorang legiun untuk memberikanmu tunggangan. Aku tahu kau rindu untuk menunggang lagi. kapan terakhir kali kau melakukan hal ini? Setahun? Dua tahun lalu?"

“Aku lebih baik jalan terus seumur hidupku daripada menunggang kuda yang tak diberi restu oleh para Ainsar. Efeknya akan buruk, lihat saja kelak,” ujar Tritos keras-keras, tahu bahwa para ajudan si Jenderal mencuri dengar percakapannya. Mereka, terutama yang berasal dari Gaedrin nampak tersinggung, mengingat pasukan mereka memang spesialis kavaleri. Tapi, Tritos tak bisa untuk tidak lebih peduli lagi pada opini para legiun itu.

Lihat selengkapnya