Miles Gloriosus

Saktiwijayarahman
Chapter #20

19. Furor

Tritos sedang mendamprat habis-habisan seorang auksilia yang tak sengaja menjatuhkan belasan senjata kayu yang dibawanya dengan sembarangan tatkala Adis datang dengan napas terengah-engah.

“Kau boleh pergi setelah membereskan kekacauan ini,” Tritos menghardik auksilia itu, yang segera mengangkuti senjata dengan perasaan bersalah, dengan lebih berhati-hati. Tritos yakin ia akan mengeluh pada auksilia lain, tapi ia tak bisa untuk tidak peduli lagi. Biarkan ia mengeluh semaunya, pedang dan komando Tritos pula yang akan menyelamatkan bokongnya nanti saat musuh sudah menggedor pintu.

Pandangan Tritos beralih pada Adis. “Atur napasmu, Ahli Pasok. Tak ada gunanya bicara kalau parumu tak bekerja.” Tritos mengangkat alis pada Adis yang berpegangan pada lutut, sambil sesekali memukul dada dengan kepalannya. Tritos jadi heran sendiri, dia lari dari mana saja?

“Gallius—hah— berusaha melakukan desertasi, Kapten. Ia tertangkap oleh patroli di rumah-rumah di sebelah utara gerbang. Ia ditahan di penjara bawah tanah sekarang. Harus begitu, kalau tidak dia selalu coba merampas senjata dari tangan auksilia yang menjaganya.”

Alis Tritos naik lebih tinggi lagi. “Sesuatu tentang ayahnya, hm? Cepat juga ia menerima suratnya kembali.”

“Bagaimana anda bisa tahu?”

“Aku juga pernah muda, Adis. Muda dan berapi-api. Jika aku tahu ayahku telah meninggal, aku akan berusaha mencari pembunuhnya secepat mungkin.”

Adis menatap Tritos dengan penuh curiga, “anda sudah tahu semuanya? Mengapa tak melakukan langkah pencegahan?”

Tritos segera melangkah, Adis tanpa diperintah mengikutinya. “Aku selalu waspada akan kemungkinan yang paling buruk, tapi aku juga berusaha tetap memandang semua dengan optimis. Cara berpikir yang aneh, memang, tapi kita di sini bukan untuk memperdebatkan proses berpikirku. Sekarang cepat tunjukkan padaku tempat dimana ia disekap. Kita juga perlu berhenti untuk cari minum, karena kurasa ini akan jadi percakapan yang tidak menyenangkan.”

--

Lihat selengkapnya