Tritos naik kapal sekali lagi.
Ia memanjat tangga pelan-pelan, disambut dengan senyum gigi putih dari Kaburu yang ia balas dengan dengusan. Tangga ini selalu sulit dilewati olehnya yang perlu berlama-lama untuk mengebaskan pegalnya lutut.
Setelah Gal "menggaji"-nya, Kaburu berencana untuk berangkat ke Burazhong sekali lagi. berhubung Tritos juga tak mau berlama-lama untuk mencari tumpangan, akhirnya ia memilih kapal Kaburu pula untuk kembali ke Gaedrin. Ia berencana untuk minta diturunkan di salah satu garis pantai dekat dengan Garat, kemudian mencari kawan-kawan lamanya.
Belum setahun, dan ia sudah mau menyalakan semacam pemberontakan sekali lagi, meski kali ini direstui oleh Tahta Romana yang dipegang bekas anak buahnya. hal itu menghangatkan dadanya, menguatkannya.
Adis, Wei, dan Ying berangkat bersamanya, meski Adis masih mengeluh tentang betapa memuakkannya goyangan pelan kapal yang membuatnya mabuk laut terus-menerus.
Gal tetap di Romana, ia sudah menjadi Imperator sekarang, tanggung jawabnya berkali-kali lipat daripada hanya menjadi seorang sersan auksilia dan tak akan bisa ditinggalkan begitu saja. Lagipula, ia lebih aman di sini dibandingkan dimanapun juga, dengan perlindungan pisau tersembunyi dari Quintilia serta dukungan Jendral Tinggi.
Tritos memang bukan seorang yang terlalu patuh pada agama druidik-nya, namun ia tetap berdoa pada tujuh lapis langit agar perlindungan-perlindungan tersebut cukup. Tak ada yang tahu apa yang dapat terjadi di Roma. Sejenak Tritos mengerling bangunan istana, mengingat-ingat omongan orang bahwa sulit mempertahankan Tahta Romana selama lebih dari tiga tahun.
Semoga masa-masa pemerintahan Imperator Gallius panjang. Tritos mengharap dalam hati ketika sauh ditarik, dan kapal Kaburu bertolak dari pelabuhan.
--