Miles Gloriosus

Saktiwijayarahman
Chapter #43

42. Magis Mortem

Hantaman pertama yang diterima Tritos seperti tendangan seekor kuda. Itu menggetarkan lengannya, tapi ia masih bersikeras untuk bertahan di tempat. Tiga sabetan dan si Monoria jatuh dengan suara kerongkongannya yang terdengar seperti seekor hewan yang disembelih.

Tritos tak sempat melihat bagaimana kelajuan para Ahli Senjata, yang ia tahu hanya ia terus menyerang dan menyerang, mencoba untuk membabat habis setiap lawan yang berada didepannya. Para sukarelawan yang sebelumnya goyah kini kembali bersemangat, dua kali lipat daripada sebelumnya. Mereka terus maju meskipun ketika mereka ketemu lawan seperti nyaris tak ada harapan untuk bertahan hidup saat kayusihir bertemu dengan garpu rumput atau sabit rumahan.

Ada satu Monoria yang mendekati Tritos. Yang satu ini nampak berbeda. Alih-alih pakaian yang terbuat dari kulit kayu, ia memakai baju besi. Ia mendekat dengan suara desingan, seolah membelah udara dan menyingkirkan para Monoria lain di kanan-kirinya.

Tritos menangkis, bunyi denging memenuhi udara. Tritos bisa melihat percik dalam gerak lambat saat pedangnya beradu dengan kayusihir. Tritos langsung meloloskan pedangnya sekaligus berkelit ke samping, tanpa sadar mendesak seorang Ahli Senjata lain. Jika terlalu lama diadu, tidak mustahil pedangnya akan terpotong. Hal itu membuat si Monoria terloloskan, ia sudah terlalu laju hingga sulit berhenti.

Hal ini membuatnya dikepung tiga Ahli Senjata yang marah besar.

Tritos tahu ia tak akan bertahan lama. Maka dari itu, ia mencari sasaran lain. Sejenak ia bisa mendengar gelegar petir kala menusukkan pedangnya pada mata merah berkilau salah satu Monoria.

--

Kepala Adis terdorong ke belakang oleh kuatnya pukulan yang menghantam rahangnya. Ia bisa meraskan beberapa giginya melonggar karena itu. meski begitu, ia berusaha menguasai rasa sakit dan mengayun kapaknya yang berdesing.

Lewat. Mudah, mudah! Mereka menghindari ayunan-ayunannya seperti ia hanya seorang anak kecil yang berusaha melukai orang dewasa. Seorang lelaki yang menggunakan palu mengayunkan senjata pada si Monoria, yang berkelit sembari mengeluarkan suara dari kerongkongannya.

Apa itu … tawa? Daripada tawa, itu terdengar seperti suara es meretak di atas sungai musim semi. Adis berusaha mendorong hal ini dari pikirannya, mencoba memanfaatkan kesempatan saat si Monoria teralihkan perhatiannya. Ia mengayun lagi kapak, kali ini dengan kekuatan penuh.

Berhasil, kapaknya tertanam dalam di kepala si Monoria. Adis menendang dada makhluk itu agar menjauh, tak tahu bahwa tangan kiri si makhluk telah memegang sebilah belati kayu, dan menghujamkannya ke perut Adis.

--

Kapten Tritos pergi ke barisan tengah, dan seperti biasa ia mengamuk. Ying paham bahwa para orang tua yang mengiringi kaptennya itu tentulah bukan orang biasa. Pertarungan mereka dengan Monoria sangat cepat, bahkan saat Ying berkedip, tiga atau bahkan mungkin empat tebasan sudah dilancarkan. Ia enggan untuk mengakui ini, tapi sepertinya ketua Perguruan Sembilan Gunung tempatnya melatih ilmu pun masih kalah cepat dibandingkan mereka.

Lihat selengkapnya