"Pasti terlambat lagi!" gumam Mila, setengah berlari sambil menggenggam erat map berisi sketsa lukisannya. Ia melangkah cepat di trotoar yang ramai, sedikit terengah-engah. Pameran seni besar di kota sudah dimulai, dan ia harus segera sampai sebelum kesempatan berlalu begitu saja. Tanpa memperhatikan langkahnya, Mila tiba-tiba menabrak seseorang di depan pintu galeri.
"Ups! Maaf!" seru Mila, tergesa-gesa merapikan kertas-kertas yang berserakan di lantai.
Pria itu, yang baru saja terkena 'serangan dadakan' Mila, hanya tersenyum sambil membantu memungut beberapa kertas yang terjatuh. "Tidak apa-apa. Sepertinya kamu sedang buru-buru, ya?"
Mila, masih sibuk dengan kegugupannya, mengangguk cepat. "Iya, pamerannya sudah mulai, dan aku terlambat. Ini... ini semua kertas penting!" Katanya sambil meraih kertas terakhir dari tangan pria itu.
Pria itu tertawa kecil, tapi tidak mengejek. "Tenang saja, pamerannya baru saja dimulai. Kamu bukan satu-satunya yang terlambat, kok."
Mila akhirnya mendongak, memandangi pria itu dengan lebih jelas. Ia mengenakan jaket kulit hitam dengan celana jeans yang sederhana, dan wajahnya tampak ramah, meskipun ada senyum yang sedikit genit. "Makasih ya... eh, siapa namamu?"
"Dani," jawabnya dengan mudah. "Dan kamu pasti Mila, kan? Seniman yang ditunggu-tunggu hari ini."
Mila mendadak merasa semakin kacau. "Tunggu, dari mana kamu tahu namaku?"
Dani menatap Mila dengan pandangan bercanda. "Yah, aku kira, siapa lagi yang akan datang terburu-buru seperti itu ke pameran seni, kecuali seseorang yang punya sesuatu yang sangat penting?"
Mila tertawa gugup, mencoba menutupi rasa malunya. "Baiklah, aku memang sedikit... berantakan. Tapi ya, aku Mila." Ia mengulurkan tangannya.
Dani menyambut uluran tangan Mila dengan senyuman lebih lebar. "Senang bertemu denganmu, Mila si seniman berantakan."
Mereka berdua tertawa, dan ketegangan awal yang ada perlahan menghilang. Namun, ketika Mila mencoba melangkah ke pintu galeri, tumitnya tersangkut di ambang pintu, dan tubuhnya nyaris kehilangan keseimbangan.
"Ah! Hati-hati!" Dani dengan sigap menangkapnya sebelum Mila benar-benar terjatuh.
Mila langsung berdiri tegak lagi dengan wajah merah padam. "Oke, ini benar-benar hari yang kacau," gumamnya sambil tertawa kecil, mencoba mengabaikan rasa malu yang semakin besar.
Dani, yang masih memegang pundaknya, hanya terkekeh. "Tidak apa-apa, hari ini akan lebih baik dari sini. Ayo, kita masuk"
Mereka berjalan bersama masuk ke dalam galeri.
Begitu mereka melangkah masuk ke dalam galeri, Mila langsung merasa kagum melihat ruangan luas yang dipenuhi karya seni dari berbagai seniman. Namun, ia segera tersadar akan tugasnya memamerkan lukisannya. Hari ini adalah kesempatan besarnya untuk menunjukkan karya terbarunya kepada para kritikus, pengunjung, dan sesama seniman.
“Ini dia, ruang pameranmu,” kata Dani, yang tiba-tiba berjalan mendahuluinya dan menunjuk ke sebuah sudut ruangan yang terang dengan pencahayaan sempurna.