Milla Ananta

Bangbooszth
Chapter #2

Diskusi seni yang berantakan

Mila akhirnya tiba di apartemennya setelah hari yang penuh kekacauan. Ia melempar tasnya ke sofa, melepas sepatu dengan asal, lalu berjalan lunglai ke kamar mandi. Air hangat dari shower terasa seperti penyelamat hari itu, menghilangkan rasa lelah di tubuhnya. Setelah selesai mandi, dengan rambut masih basah, merebahkan dirinya di kasur, seluruh tubuhnya terasa lelah setelah seharian sibuk di galeri. Hari yang panjang dan melelahkan. Pameran lukisannya berjalan cukup baik, meski ada beberapa insiden kecil yang membuatnya hampir kehilangan kendali. Saat ia mencoba memejamkan mata, handphone yang tergeletak di meja samping bergetar, menandakan ada pesan WhatsApp yang masuk. Mila melirik layar dengan malas, dan sebuah pesan dari nomor tak dikenal muncul.


“Hai, Mila si seniman berantakan.”


Mila terkekeh membaca pesan itu. Tidak perlu berpikir lama untuk tahu siapa pengirimnya. Tanpa membuang waktu, ia membalas.


Mila:


“Dani, ya? Sok-sokan misterius, padahal ketahuan.”


Tak lama kemudian, balasan masuk.


Dani:


“Wah, langsung ketahuan. Aku kira bisa main detektif-detektifan sebentar. Baru ngechat satu kalimat, udah kebongkar aja.”


Mila:


“Ya gak susah juga sih. Siapa lagi yang bakal ngecat aku seniman berantakan? Selain orang yang tadi bantuin aku ngangkat lukisan jatuh di depan banyak orang?”


Dani:


“Eh, tapi di sisi positifnya, lukisannya tetap aman kan? Bener gak?”


Mila:


“Aman sih, tapi harga diri aku yang agak goyah.”


Dani:


“Hahaha. Gak usah lebay, Mil. Justru itu yang bikin kamu menarik. Kacau tapi tetap keren.”


Mila mendengus membaca pesan itu, tapi tak bisa menahan senyum yang muncul di wajahnya.


Mila:


“Kalau itu yang kamu sebut ‘menarik’, berarti aku bakal terus kacau dong.”


Dani:


“Aku gak akan komplain, yang penting lukisannya masih utuh. Beneran tadi, kamu hampir jadi pelukis pertama yang membuktikan kalau seni bisa jadi olahraga ekstrem.”


Mila:


“Parah kamu! Harusnya aku ngebiarin aja tadi dan gak usah repot-repot minta tolong.”


Dani:


“Hahaha, ya untung aja aku datang dengan timing yang pas. Kalau enggak, kita bisa bikin pameran live tentang ‘Seni dan Kecelakaan.’”


Mila:


“Dasar nyebelin. Tapi makasih ya, kalau gak ada kamu mungkin aku udah masuk berita dengan headline ‘Seniman Terkapar di Galeri.’”


Dani:


“Gak usah lebay. Sebagai panitia, itu udah kewajiban aku buat bantu tamu yang berantakan—eh, maksudnya tamu yang butuh bantuan.”


Mila menertawakan balasan itu, mengingat kejadian lucu tadi di galeri.


Tak disangka, Dani yang ternyata panitia acara, dengan cekatan maju ke depan dan membantu Mila mengatasi insiden tersebut. Awal pertemuan mereka bisa dibilang agak kacau, tapi entah bagaimana, suasananya berubah menjadi kocak, dan sekarang mereka malah saling bertukar pesan di WhatsApp.


Mila:


“Tadi aku lagi serius lho jelasin filosofi lukisanku, terus malah kejadian kuas jatuh. Kamu bikin situasinya lebih lucu daripada memalukan sih.”


Dani:


“Filosofi apa? Filosofi tentang keseimbangan hidup yang bisa runtuh kapan aja? Hahaha.”


Mila:


Lihat selengkapnya