Milla Ananta

Bangbooszth
Chapter #5

Menutup babak lama

Setelah menghabiskan waktu yang tenang di desa, Mila dan Dani akhirnya kembali ke kota. Hari-hari di desa terasa seperti istirahat yang menyegarkan, namun kini mereka kembali harus menghadapi kehidupan perkotaan yang lebih sibuk.


Di dalam mobil, dalam perjalanan kembali, suasana terasa hangat. Dani yang sedang mengemudi sesekali melirik ke arah Mila, yang sedang duduk di sampingnya, sibuk memandangi pemandangan di luar jendela.


“Kamu kelihatan senang banget waktu di desa,” kata Dani sambil tersenyum, mencoba memulai obrolan.


Mila menoleh ke arahnya dan tersenyum kecil. "Iya, rasanya kayak pulang ke rumah dan tinggal disana lagi. Aku kangen suasana damai kayak gitu."


Dani mengangguk, mengerti perasaan Mila. "Aku bisa ngerti kenapa kamu betah di sana. Tempatnya tenang, orang-orangnya ramah. Jauh banget dari hiruk pikuk kota."


Setelah beberapa jam di jalan, mereka akhirnya tiba di kota. Setibanya di apartemen, Mila segera meletakkan tasnya dan rebahan di sofa dengan napas lega. "Akhirnya sampai juga. Walaupun aku suka desa, rasanya balik ke rumah sendiri tetap lebih nyaman."


"Yup, kembali ke realitas. Mulai besok, kita balik lagi ke rutinitas." Ucap Dani, lalu berpamitan untuk pulang juga.


Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa. Mila kembali sibuk dengan galeri lukisnya, mempersiapkan beberapa pameran yang akan datang, sementara Dani kembali ke pekerjaannya di salah satu studio desain grafis. Mereka sering bertemu di sore hari, kadang-kadang ngopi bareng setelah selesai bekerja atau hanya duduk santai sambil berbicara tentang hari-hari mereka.


Suatu sore, setelah beberapa minggu berlalu, Mila sedang duduk di meja kerjanya di apartemen. Kuas dan cat minyak bertebaran di meja. Ia tengah mengerjakan sebuah lukisan besar yang terinspirasi dari perjalanan mereka ke desa. Namun, pikirannya melayang memikirkan hal-hal yang terjadi selama mereka di sana, terutama pertemuan dengan Joko dan Rena. Ia tersenyum kecil, merasa lega bahwa semuanya kini telah berjalan baik.


Saat ia sedang asyik melukis, Dani mengetuk pintu apartemen, membawa dua cangkir kopi dari kedai favorit mereka. "Ngopi dulu, seniman," katanya sambil meletakkan kopi di meja.


Mila menatap Dani dan tersenyum. "Makasih, Dan. Pas banget, aku lagi butuh dorongan energi."


Dani melihat lukisan yang sedang dikerjakan Mila dan mengangguk penuh penghargaan. "Keren banget ini. Inspirasi dari desa kemarin, ya?"


"Iya, aku mau coba menangkap perasaan damai yang aku rasain waktu kita di sana," jawab Mila sambil menyeruput kopinya. "Aku merasa tempat itu memberi banyak ketenangan, dan aku ingin berbagi rasa itu lewat lukisanku."


Dani memandangnya dengan serius. "Aku senang lihat kamu fokus lagi pada lukisan. Kamu benar-benar berkembang, Mil. Kamu semakin dalam setiap karyamu."


Mila menghela napas kecil dan menatap karyanya. "Aku rasa perjalanan kita ke desa banyak membantuku. Terutama bertemu Joko dan Rena, itu menutup babak lama yang selama ini selalu terbuka."

Lihat selengkapnya