Beberapa hari telah berlalu sejak pertemuan hangat antara Mila dan Dani. Hari-hari mereka biasanya diisi dengan pesan singkat atau pertemuan spontan di kafe favorit mereka. Namun, kali ini terasa berbeda. Dani tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Tak ada pesan, tak ada panggilan, dan tak ada jejaknya di media sosial. Mila mulai merasa khawatir.
Mila sudah terbiasa menjalani hari-harinya dengan Dani. Setiap kali mereka bersama, ada saja hal yang membuatnya tertawa, tersenyum, atau bahkan merasa tenang. Namun, sudah beberapa hari berlalu tanpa satu pun kabar dari Dani. Awalnya, Mila mencoba untuk bersikap biasa saja. Ia berpikir mungkin Dani sedang sibuk dengan pekerjaannya atau ada hal mendesak yang harus ia selesaikan. Tetapi hari-hari yang sunyi terus berlalu, membuat kecemasan Mila semakin tak tertahankan.
"Kenapa dia nggak hubungin aku, sih?" gumam Mila pelan saat memeriksa ponselnya untuk kesekian kalinya. Tidak ada pesan masuk dari Dani, tidak ada panggilan tak terjawab.
Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Biasanya, jika Dani tiba-tiba tidak memberi kabar, ia akan mengirim pesan singkat atau emoji konyol yang selalu membuat Mila tersenyum. Namun, kali ini sepi. Sepi yang begitu asing bagi Mila. Sepanjang hari, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan yang terus-menerus berputar di kepalanya. "Apakah aku berbuat salah?" pikirnya. "Atau mungkin dia sedang marah? Tapi kenapa?"
Ketika malam tiba dan tidak ada sedikit pun kabar, kecemasan Mila mencapai puncaknya. Ia memutuskan untuk menghubungi beberapa teman dekat Dani, berharap ada yang tahu ke mana Dani menghilang.
Pertama, Mila menelepon Dinda, salah satu sahabat terdekat Dani.
"Hei, Din. Kamu tahu nggak Dani ke mana? Udah beberapa hari ini dia nggak kasih kabar sama sekali. Aku jadi khawatir," tanya Mila dengan nada suara yang berusaha ditenangkan, meski jelas terdengar ada kecemasan.
Dinda terdengar bingung di ujung telepon. "Hah? Dani nggak ada kabar sama sekali? Aku juga nggak dengar apa-apa dari dia beberapa hari ini, Mil. Terakhir ketemu, dia sih baik-baik aja. Nggak ada masalah apa-apa juga. Mungkin dia lagi sibuk?"
Mila merasa sedikit kecewa karena tak mendapatkan jawaban yang ia harapkan. "Iya... mungkin," jawabnya dengan nada yang lesu. Setelah berbasa-basi sebentar, pembicaraan dengan Dinda berakhir. Namun, kecemasan Mila justru semakin dalam.
Setelah itu, Mila memutuskan untuk menghubungi teman-teman Dani lainnya, satu per satu. Namun, jawaban yang ia dapatkan selalu sama: tidak ada yang tahu di mana Dani atau kenapa ia tiba-tiba menghilang.
"Astaga, Dani, kamu di mana?" Mila berbisik sendirian, merasa putus asa. Malam itu, di apartemennya yang sepi, Mila tidak bisa tidur. Berbagai pikiran buruk mulai menghantuinya. Apakah Dani mengalami kecelakaan? Atau mungkin Dani sakit dan tak bisa menghubunginya? Atau... apakah Dani sedang menghindarinya karena sesuatu?