Pagi ini aku berangkat seperti biasanya, aku berangkat bersama Joko. Kali ini aku sedang menyisir rambut ku didepan cermin, entah apa yang sedang aku fikirkan sedari tadi aku melamun.
"Tinnn... Tinnn...!!"
Suara klakson mobil itu menyadarkan aku dari lamunanku, aku melihat dari jendela kamarku ternyata itu Joko.
"Shin ayo?! Tumben kamu belum siap?" Tanya Joko.
"Astaga maaf, masuklah aku akan segera selesai siap siap!" Lalu aku dengan terburu-buru menyiapkan semua kebutuhanku sekolah.
Untung saja pagi ini mama berangkat lebih lambat, jadi aku tak perlu repot-repot untuk memasak sendiri. Aku berlari kebawah dan mengambil roti buatan mama, aku memakannya sambil lari.
"Shinta hati hati jatuh jangan lari lari gitu, kakimu baru saja sembuh!!" Khawatir nya.
"Ayo Jok! Kita berangkat sekarang nanti telat!" Ucapku pada Joko tanpa menjawab perkataan mamaku.
"Ayo Shin, tante saya sama Shinta berangkat dulu ya.."
"Ma aku berangkat!"
"Iya hati-hati" kata mamaku.
Sesampainya aku di sekolah aku melihat Nada dan Reno sedang bergandeng tangan memasuki sekolah. Alisku mengernyit, aku bingung apakah wajar bila seorang saudara bergandengan tangan mesra seperti itu?.
Namun lagi-lagi aku mengacuhkan itu, aku menarik Joko untuk menyusul mereka berdua.
"Nada.. Reno!" Ujarku sambil berlari kearahnya.
"Ah.. Shinta" sahut Nada.
"Ayo kita masuk!" Ajakku pada mereka.
Kami masuk dan sampai dikelas kami masing-masing, kami duduk dibangku kami seperti biasanya. Aku berjalan ke bangku reno sambil membawa buku pelajaran IPA.
"Ummm... Reno apa kamu benar benar tidak ingin ikut olimpiade itu?"
"Tidak Shin, aku tidak berminat" dengan nada dingin yang sekali lagi membingungkan aku.
"Ah baiklah kalu begitu"
Ujarku lalu aku kembali duduk dibangku ku.
"Bagaimana, apa dia menerimanya?" Tanya Joko.
"Tidak" ucapku singkat.
"Ah Shinta, kau harus bujuk dia lagi sampai dia mau!"
"Tidak mau! Kau saja, dia menyebalkan" ucapku dengan wajar cemberut.
"Ya Shinta ayolah!! Kau pasti bisa, nanti kalau memang dia benar benar menolakmu biar aku saja yang bilang, kumahon sekali lagi ya bujuk dia" ucap Joko memohon.
"Iya iya tapi nanti saja!" Jawabku judes.
Bel istirahat berbunyi, Joko mengajakku dan Reno ke kantin. Sesampainya kami dikantin kami melihat nada melambaikan tangan sambil mengode agar kami duduk disana. Dia tersenyum dengan manis.