Kring... Kring....
Suara bel pertanda istirahat dimulai, aku sedikit tk bersemangat kali ini setelah kejadian tadi pagi aku sedikit sakit hati dengan perkataan Reno. Namun aku tak memperdulikan itu, sekarang aku memutuskan untuk duduk di bangku dekat lapangan sekolah setelah membeli susu pisang. Aku melihat begitu banyak anak yang berlalu lalang, menatapnya dengan iri. Aku ingin seperti mereka namunakutidak bisa, kini rasanya aku sendirian. Mereka mungkin sedang sibuk, ah tidak. Apakah mereka mungkin melupakan aku? Entahlah. Aku ingin berfikir positif saja mungkin mereka sedang sibuk untuk olimpiade itu.
Aku melamun sambil meminum susuku dan beberapa saat kemudian aku teringat foto yang kutemukan di buku itu, sesegera mungkin aku mengeluarkan dompetku dan mengambil foto tersebut.
"Siapa sebenarnya dia? Mengapa sangat familiar" ucapku.
Aku memandangi foto itu sampai akhirnya aku tersadar jika ada seseorang yang duduk disampingku. Aku menoleh kearahnya mendapati seseorang yang tidak kukenal duduk sembari menatap foto yang ku pegang. Sesegera mungkin aku memasukkannya ke saku, hingga tak menyadari dompetku terjatuh.
"Si-siapa kau?" Ucapku gugup.
"Aku murid baru disini" ujarnya.
"Ah.. iya.. halo" canggungku.
"Kudengar kau sangat pintar disekolah ini? Ternyata tidak hanya pintar, kau juga cantik" lalu dia senyum menatapku.
"Ah jangan bicara seperti itu, aku bukan primadona di sekolah ini. Ada seseorang yang lebih pintar dan cantik lebih dari aku. Mungkin kau belum mengetahuinya, setelah kau mengetahui dia mungkin pendapatmu tentang aku sudah berbeda lagi" jawabku dengan tertawa remeh.
"Ah tidak, pendapat mu salah. Kau memang cantik!" Ucapnya serius.
"Jangan seperti itu, kau harus mengatakan itu setelah kau melihat primadona sekolah ini. Namanya Nada, dia sangat cantik seperti bidadari"
"Nada? Aku tahu dan aku mengenalinya. Aku bahkan satu kelas dengannya"
"Ah.. begitu, bukankah dia lebih cantik dan lebih pintar dariku? Oh maaf seharusnya aku tidak berkata seperti itu. Sudah pasti aku tidak mungkin bisa di bandingkan dengan dia yang sesempurna itu"
"Siapa yang berkata kau tidak pantaa untuk dibandingkan dengan dia? Bahkan menurutku kau lebih cantik darinya"
Aku terdiam dengan pipi memerah seperti tomat, jujur kali ini aku sangat malu. Tapi aku harus sadar diri mungkin dia hanya bercanda. Seketika hening hingga pertanyaannya memecah keheningan.
"Apakah benar namamu Shinta?"
"Ah iya benar aku Shinta, lalu siapa namamu"
"Aku Santrio, panggil aja San"
"Ah baiklah kalau begitu San, aku harus pergi ke kelasku. Sampai jumpa lagi"
Aku berlari menjauhinya yang masih duduk dibangku itu. Dia melihat kebawah dan tersenyum mendapati dompetku yang terjatuh, lalu dia menggambilnya.
"Ceroboh.." ucap San lalu membawa dopetku bersamanya. Dan berjalan kembali kekelasnya.
" Kring...... "
Tanda bel pulang sekolah berbunyi, guru sudah keluar dari kelasku. Aku mulai mengemasi barang-barang ku sesegera mungkin. Karna takut jika aku tertinggal bis, aku terburu-buru lalu menyadari dompetku tidak ada.
"Dimana dia, astaga mengapa diwaktu tidak tepat sekali hilangnya" monologku.
"Ada apa Shin" tanya Joko.
Dengan sesegera mungkin aku memasang wajah datar dan biasa saja seakan tidak terjadi apapun.
"Tidak bukan apa-apa, kenapa kau masih disini? Kau tidak pulang?" Tanyaku pada joko.
"Sebentar lagi kita juga pulang, ayo Jok kita kerumah Nada olimpiade sebentar lagi. Biarkan saja dia jangan diperdulikan, jangan mepersulit olimpiade" kata Reno menatap sinis kearahku.
Karna tak ingin memperpanjang masalah aku menyuruhnya untuk pergi dari hadapanku.