Untuk Nada kekasih baru mu, pesan ku tolong jaga dia saat hati tak mungkin lagi menyentuh raganya. Kamulah kebahagiaan dia, maaf bila aku sudah membuat mu merasa tak nyaman dengan rasa egois yang tak karuan. Seluas lautan yang terbentang, mata ini pun sebenarnya tak ingin lagi memandang. Maafkan aku yang terlalu mengharapkan, yang pada nyatanya dia bukan milik ku. Sepenuhnya dia milik mu, kamu beruntung dan tolong jangan sia-sia kan.
Hari yang sangat menegangkan sudah datang, matahari pun sudah menyapa raga yang bersemangat. Ku berangkat dengan sepedah seperti biasanya, mungkin aku harus benar benar terbiasa dengan hal ini. Dia sudah sepenuhnya milik orang lain, jadi aku harus berhenti bergantung padanya. Setidaknya bila tak bisa jadi sandaran, aku tak boleh menjadi sebuah beban. Ku terus gayuh sepedah sambil memakai earphone mendengarkan lagu kesukaan ku, mungkin untuk sampai kesekolah akan lebih lambat dari biasanya. Namun tak apalah dari pada aku harus selalu bergantung pada orang, toh bila sudah di sekolah masih ada waktu untuk ku beristirahat. Aku harus semangat, ini hari yang luar biasa. Selang beberapa menit aku sudah sampai di sekolah dan mulai memarkirkan sepedah ku di tempatnya, lalu tak sengaja bertemu Reno sedang bersama Nada. Ku coba pura-pura tak melihat mereka, dan pergi begitu saja. Namun sialnya mereka tahu ada aku dan mulai menghampiri ku, kami berjalan bertiga menuju kelas. Kelas Nada berbeda dengan kelas kami, jadi dia harus berpisah di tengah jalan.
Rasa canggung untuk berbicara setelah kejadian kemarin membuat mulut ku serasa membisu, kami berdua bersama namun tak ada kata yang terucap walau sedetik saja. Hingga akhirnya aku memulai percakapan dengan menanyakan bila dia belum mengenalkan ku pada Nada.
"Kamu ingin berkenalan dengan Nada?! Apa aku gak salah denger?" Tanya Reno.
"Umm.. enggak, kamu gak salah denger" kata ku sambil tersenyum paksa.
"Aku janji aku akan kenalin kamu ke Nada, jadi kamu sabar ya.. tunggu aja"
"Iya Ren"
Lalu kami mulai masuk ke dalam kelas, tempat duduk kami masih berbeda. Aku tetap duduk bersama Joko, dan mungkin akan seperti ini entah sampai kapan. Tepat jam 9 nanti kita akan berangkat olimpiade, aku dan Joko mulai membuka buku edukasi yang kami pinjam sebelumnya dari perpustakaan. Aku melihat Reno sedang serius membaca, dia sama sedang menyiapkan materi untuk olimpiade. Waktu berlanjut, pengumuman dari kesiswaan untuk kami semua berkumpul ke lapangan. Guru meminta kami maju, sungguh ini hari yang sangat membaggakan. Mereka semua bertepuk tangan untuk kami, ini adalah saat yang paling bahagia dan paling kami tunggu.
Olimpiade dimulai kami melaksanakannya dengan lancar, lalu membawa piala kebanggaan untuk sekolah. Kami tak langsung pulang setelahnya, kami mampir untuk membeli makanan karna perut kami mulai demo dan memberontak. Aku heran tatapan Joko sepertinya berbeda, aku takut dia mengartikan kebersamaan kami sebagai cinta. Nanti ujung ujungnya akan menjadi sebuah luka. Ku harap Joko tak mengartikan seperti itu. Kami makan dengan lahap, mungkin karna tenaga kami sudah terkuras habis. Setelahnya kami kembali ke sekolah untuk mengambil kendaraan kami, sebenarnya aku lelah saat itu bila harus menggayuh sepedah ke rumah, tapi Reno sepertinya sedang menunggu Nada. Jadi aku memutuskan untuk pulang sendiri walau bagaimana pun nanti yang akan terjadi yang terpenting aku tak sampai mengganggu hubungan mereka lagi. Ku mulai gayuh sepedah ku, lelahnya sungguh sangat terasa. Hingga aku jatuh tergelincir batu, lalu Joko datang menolong ku. Karna kebetulan dia lewat dan melihat ku terjatuh, tangan ku berdarah dan kaki ku tergelincir. Sakit rasanya, aku menangis itu sangat memalukan. Joko menaikkan sepedah ku ke atas mobilnya lalu dia menuntun ku ke dalam mobilnya.